STRUKTUR
KEKERABATAN
PERKAWINAN ANTAR
SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA
I.
Latar Belakang
Atok ego keturunan dari raja air putih yang sampai sekarang belum ego
ketahui siapa nama raja tersebut dan keturunan keberapa atok ego. Atok ego
berasal dari Kuala Tanjung, sedangkan nenek ego keturunan dari keluarga biasa,
nenek ego berasal dari kuala tanjung dan sampai akhirnya atok menikah dengan
nenek ego. Ayah ego lahir pada tahun 1964 di kuala tanjung anak pertama dari
atok dan nenek ego sebelah ayah, sebelas tahun berlalu atok dan nenek ego
berimigrasi ke pasarabuk yang sekarang namanya jalan beringin. Mereka pindah
karena terancam ekonomi, makanan mereka sehari-hari pada waktu cuma segenggam
nasi yang dicampur dengan sagu. Tidak tahan dengan keadaan ekonomi mereka di
kuala tanjung yang sangat kecil, atok dan nenek ego memutuskan untuk pindah ke
pasarabuk berharap ekonomi mereka semakin meningkat. Pada tahun 1975 atok dan
nenek ego pindah dengan membawa 3 orang anak yaitu ayah ego berumur 11 tahun
sebagai anak pertama, pak onga berumur 9 tahun anak kedua, dan bu irus berumur
7 tahun sebagai anak ketiga. Atok dan nenek ego sebelah ayah punya anak 6,
laki-laki 4 dan perempuan 2 orang.
Sedangkan atok ego sebelah omak berasal dari daerah Ajamu Labuhan Bilik,
dan atok ego adalah anak angkat dari orang tua yang membesarkannya. Atok ego
marga situmorang dari batak toba, yang dipungut serta dibesarkan oleh orang
Labuhan Bilik dan sampai sekarang atok ego tidak tahu siapa orang tua
kandungnya. Atok ego merantau ke batu bara pada umur 20 tahun-an, dia merantau
tidak lain untuk mencari pengalaman dan pekerjaan. Ketika atok ego merantau di
batu bara, pada saat itulah atok ego berjumpa dengan nenek ego dan selanjutnya
mereka menikah. Atok dan nenek ego dikaruniahilah 7 orang anak laki-laki 5
perempuan 3, atok dan nenek ego tinggal di jalan Solo.
II.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam studi ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pola kekerabatan keluarga besar ego?
2.
Bagaimana hubungan kekerabatan antara keluarga
ayah ego dengan keluarga omak ego?
3.
Bagaimana pembauran antara keluarga ayah ego
dengan keluarga omak ego?
4.
Pihak manakah yang paling dominan dalam
kekerabatan keluarga ego?
III.
Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan masalah dalam studi ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pola kekerabatan keluarga besar
ego
2.
Untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara
keluarga ayah ego dengan keluarga omak ego
3.
Untuk mengetahui pembauran antara keluarga ayah
ego dengan keluarga omak ego
4.
Untuk mengetahui Pihak manakah yang paling
dominan dalam kekerabatan keluarga ego
IV.
Metode Penelitian
Studi ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara melalui via
telpon terhadap kekerabatan keluarga ego dalam hal untuk menemukan jawaban
terhadap rumusan dan tujuan dalam studi ini. Studi ini cuma dilakukan dengan
wawancara melalui via telpon, disebabkan karena jauhnya jarak keluarga kedua
belah pihak ego dan karena terbatasnya waktu penulis.
V.
Lokasi Penelitian
Lokasi studi dilakukan di Desa Bogak Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu Bara, yang
juga sebagai tempat kelahiran ego dan tempat ayah dan omak serta keluarga
ego,dan satu tempat ini menjadi lokasi studi ego.
VI.
Aku Dan Saudara-Saudara Kandungku
Aku adalah anak laki-laki pertama dan terakhir, aku anak ke 3 aku dari 7
orang bersaudara dan dari 6 orang perempuan. Anak pertama Nurhayati kakakku,
suaminya Ali Syahputra berasal dari daerah yang sama yaitu Kec. Tanjung Tiram
Kab. Batu Bara dikaruniahi anak masih 2 orang. Kakakku Ernawati anak ke 2
menikah dengan Ilham yang berasal dari satu daerah, mereka dikaruniahi anak 2
orang. Adikku Dahlia anak ke 4 bersuamikan Ferry Syahputra, dia berasal dari
Batu Bara juga, mereka masih dikaruniakan 1 orang anak. Muliyati adikku anak ke
5, dia belum menikah karena melanjutkan kuliah di kampus IAIN SU walaupun sudah
ada 5 orang kaya yang mau melamarnya tetapi ditolaknya dengan alasan masih
sekolah dan mau kuliah dulu. Adikku ke 6 Sri Wahyuni yang sekarang sudah kelas
3 Aliyah. Adikku Kamelia anak paling bungsu yang sekarang masih sekolah kelas I
MAS Al-Wasliyah, dia punya cita-cita ingin pergi ke Korea.
Aku dilahirkan pada tahun 1990 akan tetapi karena aku mau masuk sekolah
tahun kelahiranku dirubah menjadi tahun 1989, di desa Pasarabuk Kecamatan
Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Keadaan ekonomi orang tuaku pada waktu itu
cukup sederhana, masa-masa kecilku tidak terlalu ketika sebelum masuk sekolah
tidak terlalu menyenangkan karena sewaktu kecil aku sering sakit-sakitan.
Singkat cerita karena akupun kurang ingat tentang masa kecil sebelum sekolah,
setelah aku masuk sekolah dengan seolah umurku 7 tahun padahal masih 6 tahun.
Awal masuk sekolah aku diantari sama omakku begitu juga dengan para murid
lainnya, sifatku yang pendiam membuat aku tidak banyak bergerak, jarang
bertanya, dan jarang bermain degan kawan-kawan lainnya. Catur wulan pertama berlalu di kelas I dan aku mendapat rangking 3
saat menerima raport, setelah catur wulan II aku mendapat rangking 3 dan mendapatkan hadiah
dari wali kelas .
Saat aku naik kelas 2, aku selalu mendapat rangking antara rangking 1, 2,
atau 3, sampai saat-saat pembegian raport kawan-kawan sering menebak-menebak
aku rangking 1, atau rangking 2, atau rangking 3. Semenjak naek kelas 3, aku
menjadi murid kesayangan wali kelas yang beragama kristen. Budaya di sekolah SD
ku apabila menjadi murid kesayangan biasanya disuruh menulis pelajaran ke papan
tulis dan aku sering disuruh menulis pelajaran ke papan tulis. Tahun berganti
tahun akupun terus naek kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. Begitu juga de kelas 4
dan kelas 5 aku tetap bersaing dengan teman sekelas ku yaitu nurhayati, kami
bersaing serta bergantian mendapatkan rangking 1,2,3. Akan tetapi sewaktu kelas
IV prestasi ku menurun dan mendapat rangking 4 disemester awal dan mendapat
rangking 5 disemester II.
Ayahku yang pekerjaannya sebagai nelayan jaring kotam ( penangkap
kepiting) pada saat itu membawa perekonomian keluarga kami serba cukup, bahkan
pada waktu itu ayah mempunyai 3 rumah. Sifat ayahku yang lebih baik terhadap
apak-apak ku, dan ibu-ibu ku (adik-adik kandungnya) membuat omak ku sering
kesal sama ayah. Karena duit ayah sering habis dikasih-kasih kepada sandara
kandungnya, bahkan 1 rumah ayah juga dijual dengan harga yang sangat murah dan
2 rumah lagi dikasihkan begitu saja kepada adik-adiknya. Omak aku tidak terlalu
mempermasalahkan tentang hal itu karena pada saat itu perekonomian keluarga
bisa dikatakan lumayan. Akan tetapi lambat laun sifat adik-adik kandung sebelah
ayah semakin menjadi-jadi, sering kali mereka minta tolong dalam hal materi
kepada ayah dan tidak memulangkannya. Begitu juga dengan saudara kandung
sebelah omak, dan begitu seterusnya sampi beberapa bulan yang lalu, ketika omak
ku sakit diopname di Rumah Sakit Kisaran
selama 2 minggu lebih.
Ketika itu ayahku meminta tolong kepada saudara-saudara kandungnya dan
saudara-saudara kandung sebelah omak meminjam duit untuk pembiayaan di rumah
sakit, tidak ada satu pun yang bisa membantu padahal seminggu yang lalu adik
sebelah omak mengatakan kalau dia lagi banyak duit. Tetapi kenapa ketika ayah
aku datang meminta tolong kepada mereka untuk meminjam duit mereka bilang lagi
tidak ada duit, sementara ketika mereka lagi sakit dan butuh bantuan mereka
sering meminta bantuan serta minta dirawat dan orang tua ku sendiri tidak
pernah mengeluh untuk menolong mereka. Akan tetapi kenapa saudara-saudara
sebelah omak dan sebelah ayah tidak ada yang membantu. Semenjak itu sikap dan
prilaku aku secara pribadi berubah terhadap apak-apak dan ibu-ibu sebelah omak
dan ayahku sampai sekatang ini.
VII. Aku Dan Keluarga
Omakku
Keluarga omakku adalah suku batak Toba dari atok, Mahmud Situmorang nama
atokku dia berasal dari Labuhan Bilik Desa Amuja. Atokku seorang anak pungut
dia dibesarkan oleh seorang Dukun besar namanya pak Abdullah yang tinggal di
Labuhan Bilik, dari semasa hidupnya atokku sampai dia meninggal dunia dia tidak
tahu siapa orang tua kandungnya. Atokku tumbuh besar di Labuhan Bilik sampai
dia berumur 17 tahun, ketika berumur 18 tahun atokku pergi merantau ke Batu
Bara untuk mencari pekerjaan. Atokku ikut kelaut dengan nelayan-nelayan
setempat sampai suatu saat atokku membeli celana di pajak dan disitulah awalnya
atok berjumpa dengan nenekku. Setelah berkenalan tidak lama kemudian merekapun
menikah dan tinggal di desa Suka Maju Gg. Solo, mereka mempunyai anak 7 orang
yaitu wak Utet (Maimunah Situmorang) anak pertama, omakku (Umi Kalsum
Situmorang) anak kedua, pak Ipin (Arifin Situmorang) anak ketiga, pak Amat
(Rahmat Situmorang) anak keempat, pak Ayem (Ibrahim Situmorang) anak kelima,
pak Ulan (Ruslan Situmorang) anak keenam, Ucu (Zuraida Situmorang). Nenekku
meninggal lebih dulu dari atokku, semasa aku serta saudara-saudara kandungku
kami tidak sempat mengenal nenek kami yang ramah disebut Nek Ondol, lama
tinggal sendiri atokku menikah lagi dengan Nek Ipah.
Atokku termasuk orang yang disegani di desaku karena atokku punya Ilmu
kebathinan, jadi banyak orang yang datang kerumah khususnya anak-anak muda
untuk menuntut ilmu tersebut. Ada beberapa kejadian heboh yang membuat atokku
lebih dikenal orang, ketika atokku pergi kelaut pukat Teri beliau terjatuh
dilaut karena bakatnya besar dan tidak ada yang tahu dia terjatuh kelaut.
Padahal atokku sama sekali tidak bisa berenang, ketika terjatuh beliau tidak
tenggelam malahan terapung-apung sampai ada nelayan yang lain membantunya. Orang-orang
menduga kalau atokku sudah meniggal dilaut karena beliau tidak bisa berenang,
tetapi kenyataannya atokku tidak apa-apa dan semenjak itulah atokku lebih
dikenal orang-orang Tanjung Tiram. Kejadian selanjutnya atokku ketika pergi ke
Pekanbaru mau menjumpai sandara angkatnya disana, tetapi atokku tidak tahu
alamatnya dimana dan tidak ada dikasih tahu kepada saudara angkatnya kalau dia
mau datang. Ketika dia pergi kesana, tidak tahu gimana caranya dia bisa sampai
ke rumah saudara angkatnya dan membuat mereka terkejut karena tiba-tiba atokku
datang ke rumahnya, semenjak kejadian itu atokku lebih disegani orang-orang di
desaku.
Atokku menurunkan ilmu-ilmunya sebagian kepada anak-anaknya dan
cucuh-cucuhnya juga termasuk aku. Aku sebelumnya tidak pernah terpikirkan
tentang ilmu-ilmu atokku, ketika aku mau pergi ke medan untuk mendaftar kuliah
atokku datang ke rumah menjumpai aku dan beliau bertanya “jadi ondak ke medan?
Jadi tok jawabku, bilo beghangkatnyo? 4 ayi lagi tok jawabku, besok datang ke
khumah yo, iyo tok jawabku. Keesokan harinya aku datang ke rumah atokku, aku
disuruh masuk dan di kasih 2 amalan atau ilmu yang pertama ilmu Uluh Hati, dan
kedua ilmu Selamat. Setelah itu aku
mulai melirik atokku dan sadar bahwa atokku bukan orang sembarangan, ketika aku
cerita-cerita sama omakku dan apak-apakku mereka membenarkan itu semua dan
bahkan uwakku, apak-apakku sudah dikasih sebagian amalan (ilmu-ilmu
kebathinan). Aku dan saudara kandungku lebih dekat dengan keluarga sebelah
omakku, karena percaya tidak percaya banyak orang-orang bilang kalau anak dari
keluarga pasti lebih dekat dengan keluarga sebelah perempuan/ omak, dan
berdasarkan pengamatan aku dimasyarakat banyak aku dapati anak-anak dari
keluarga yang lebih dekat dari keluarga sebelah perempuan dari pada laki-laki.
Waktupun terus berlalu, uwak utetku mulai sakit-sakitan begitu juga
dengan atokku. Sebulan sakit-sakitan uwak utetku meninggal dunia, tinggallah
seorang anak angkat dan suami tercintanya. Beberapa bulan kemudian atokku yang
sudah sakit-sakitan juga meninggal dunia, akupun langsung pulang dari medan ke
Batu Bara. Meninggal dunianya atok
membuat keluarga sebelah omakku jadi kurang dekat, masing-masing dari saudara
kandung omakku mencari pekerjaan dan kegiatannya. Omakku masih tetap dengan
pekerjaannya yaitu menjadi ibu rumah tangga, Pak Ipinku kelaut ikan Teri, Pak
Amatku tidak lagi kelaut tetapi membuka kedai/ kios, Pak Ayemku pada waktu itu
sudah menetap di Padang karena dia mendapat istri orang Padang, Pak Ulanku
tidak ada kabar dimana dia sekarang, apa pekerjaannya, sedangkan Ucu Zuraiku
masih tinggal di Malaysia. Waktu terus berlalu omakku mulai sakit-sakitan
badannya semakin lama semakin kurus, tidak terpikirkan oleh ayahku, omakku, aku
dan saudara kandungku tentang penyakit omakku. Pada saat itu perekonomian/
pendapatan orang tuaku sangat kecil hanya cukup untuk makan satu hari, dari
hari ke hari ayahku mau membawa omakku ke rumah sakit Kisaran tetapi omakku
sering menolak karena mungkin omakku berpikir duit tidak ada dan biaya rumah
sakit pasti besar. Begitu seterusnya dari hari kehari, omakku juga sudah
berobat kebeberapa tempat dengan terapi-terapi tradisional namun hasilnya tetap
sama. Ayahku pergi berdagang ke Pantai Labu mencari ikan karena di Batu Bara
sendiri pada waktu itu sedikit sekali ikan, dengan keadaan omakku yang
sakit-sakitan membuat ayahku tidak tentu dan menjadi pikirannya ketika pergi
kelaut.
Omakku terus sakit-sakitan hingga suatu hari kakakku menelpon ayahku dan
menyuruh ayahku segera pulang ke rumah, tanpa berpikir panjang lagi karena
ayahku sendiri sudah selalu terpikir dengan omak langsung pulang naik sepeda
motor. Setibanya dirumah ayahku melihat omakku sudah merintih-merintih
kesakitan, ayahku mau membawa omakku ke RS. Kisaran tetapi omakku tetap tidak
mau. Ayahku membawa omakku ke klinik terdekat akan tetapi tidak ada perubahan,
ayahku mengajak omakku lagi ke RS. Kisaran tetapi omakku tetap tidak mau. Aku
tidak habis pikir kenapa omakku mau menahan rasa sakit itu dan tidak mau dibawa
ke RS. Kisaran, tetapi aku juga mengerti kenapa omakku tidak mau dibawa ke RS,
karena omakku sadar kalau duit lagi tidak ada dan biaya rumah sakit pasti mahal.
Hari pun sudah sore, omakku tidak berhenti merintih-merintih sampai keluar
ucapan dari omakku “ayoklah ke khumah sakit, uda tidak tahan aku” mendengar
ucapan seperti itu ayahku langsung memanggil becak dan mengangkat omakku untuk
dibawa ke RS. Kisaran.
Setibanya di RS. Kisaran omakku langsung dibawa ruang UGD, ayahku yang
tidak ada pegangan duit pulang kekampung lagi untuk meminjam duit. Ayahku pergi
mendatangi Pak Ipin karena seminggu lalu dia mengatakan kalau dia lagi banyak
duit, ketika ayahku meminjam duit kepadanya dia berkata “uda tak ado lagi
duitnyo bah, akupun polu ne bah”. Seolah-olah duitnya takut tidak diganti ayah,
dengan kecewanya ayahku pergi ke Pak Amat dan jawabanya juga begitu. Aku
sewaktu itu masih di medan, saudara kandungku dan ayahku tidak memberitahu
kalau omakku masuk rumah sakit, perasaanku sudah tidak enak akupun menelpon ke
kampung dan diangkat oleh adikku. Ketika aku menelpon biasanya dijawab oleh
omakku tetapi sekali ini dijawab oleh ayahku, aku bertanya apo kaba omak yah,
ayahku terdiam sejenak dan berkata ayah lagi di RS. Kisaran ini. Aku langsung
bertanya masuk RS omak, iyo tapi tidak apo-aponyo jawab ayahku yang takut kalau
aku menjadi khawatir, besoknya akupun langsung pulang dan pergi ke RS. Kisaran.
Ayahku banyak bercerita disitu tentang keluarga sebelah omak yang tidak mau
membantu, semenjak itu kekerabatan kami dengan saudara sebelah omak jadi renggang.
VIII. Aku
Dan Keluarga Ayahku
Atokku adalah suku
Melayu yang berasal dari Kec. Air Putih Kab. Batu Bara, dari cerita ayahku atok
masih keturunan Raja Air Putih akan tetapi ayahku kurang mengetahui tentang
sejarah silsilah raja tersebut, sedangkan atokku sendiri sekarang sudah
meninggal dunia jadi informasi yang didapat kurang akurat. Atokku anak pertama
dari 3 orang bersaudara, adik atokku satu orang laki-laki dan satu orang
perempuan. Nek marni adik kedua atokku, dan tok ucu anak ketiga/ anak terakhir
dari saudara kandung atokku. Atokku menikah dengan Nek Minah di Kuala Tanjung,
mereka tinggal di Kuala Tanjung sampai dengan lahirnya ayahku, pak itam, dan bu
irusku. Setelah ayahku berumur 14 tahun atokku pindah ke Desa Pasarabuk yang
sekarang namanya Desa Bogak Kec. Tanjung Tiram, karena perekonomian atokku pada
waktu itu tergolong kurang makanya atokku mengajak pindah keluarga dan
anak-anaknya dengan harapan perekonomian mereka bisa mencukupi kebutuhan hidup
mereka.
Atokku beserta
keluarganya tinggal menetap di Tanjung Tiram sampai dengan sekarang, atokku
punya 6 orang anak. Ayahku anak pertama, Pak Itam (Rustam) anak kedua, Bu Irus
(Rusna) anak ketiga, Pak Itan (Fairul) anak keempat, Pak Alen (Sahren) anak
kelima, Bu Ani (Aini) anak keenam. Setelah aku berumur 7 tahun Nek Minahku
meninggal dunia, aku masih kecil pada waktu itu jadi aku Cuma heran melihat
saudara sebelah ayahku menangis sampai-sampai Bu Irus kerasukan Jin. Tidak lama
kemudian Bu Aniku yang masih duduk di kelas 1 SMA meninggal dunia karena terkena
penyakit asma, ketika itu aku sudah mulai berakal dan sudah bisa merasakan
kesedihan. Sewaktu Bu Ani dibawa naik ambulan, aku mau ikut tetapi tidak
diperbolehkan oleh ayahku dan pada saat itu entah kenapa aku menangis.
Semenjak aku masuk SD
aku sudah dekat dengan keluarga sebelah ayahku, aku sering bermain-main di
rumah atokku, membuat layangan dengan atokku, minta pangkaskan dengan Pak
Itanku sampai aku tamat MTs. Aku sering bersenda gurau dengan keluarga sebelah
ayahku, ketika mereka pulang dari laut, ketika apak-apakku duduk di warung aku
sering diledeki oleh apak-apakku. Dari aku kecil sampai aku MAS aku cukup dekat
dengan keluarga sebelah ayahku. Waktu terus berlalu, aku lebih banyak
menghabiskan waktu pergi berenang di sungai sambil menunggu ayah pulang dari
laut dan ditempat itu jugalah aku banyak berinteraksi dengan keluarga sebelah
ayahku. Umurpun semakin lanjut atokku mulai sakit-sakitan walaupun tidak parah,
beberapa minggu sakit-sakitan atokku meninggal dunia di atas tempat tidurnya
tanpa ada yang tahu atokku sudah meninggal dunia. Sepeninggalan atokku keluarga
sebelah ayahku mulai mencari tempat tinggalnya masing-masing. Kemudian akupun
pergi ke medan untui melanjutkan kuliah, dari mulai itu aku semakin jarang
berkomunikasi dengan keluarga sebelah ayahku.
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian yang dilakukan berkenaan dengan sistem kekerabatan keluarga Ego
dapat digambarkan dalam tabel kuantitaif sebagai berikut:
1.
Responden Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan identifikasi
dan pendataan yang dilakukan penulis terhadap keluarga besar penulis yang
sekalian menjadi responden, maka diperoleh hasil bahwa keluarga penulis
berjumlah 149 orang. Dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1
Data Responden Menurut Jenis Kelamin
No
|
Keterangan
|
Kekerabatan
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
||||
Ego
|
Ego
|
1
|
0
|
1
|
|
Ayah
|
1
|
0
|
1
|
||
Omak
|
0
|
1
|
1
|
||
Saudara Kandung
|
0
|
6
|
6
|
||
Keponakan
Ego
|
5
|
3
|
8
|
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
||
2
|
Sebelah Omak
|
Atok
|
1
|
0
|
1
|
Nenek
|
0
|
1
|
1
|
||
Saudara
Kandung Omak
|
4
|
3
|
7
|
||
Ipar
Omak
|
3
|
2
|
5
|
||
Sepupu
Ego (Keponakan Emak)
|
8
|
5
|
13
|
||
3
|
Sebelah Ayah
|
Atok
|
1
|
0
|
1
|
Nenek
|
0
|
1
|
1
|
||
Saudara
Kandung Ayah
|
4
|
4
|
8
|
||
Ipar Ayah
|
4
|
2
|
6
|
||
Sepupu
Ego (Keponakan Ayah)
|
7
|
4
|
11
|
||
Jumlah
|
39
|
32
|
71
|
||
|
54,92%
|
45,07%
|
100%
|
Dari
tabel 1, di atas, dapat dihitung dari jumlah dan persentase yang menunjukkan
keluarga besar Ego yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar, berjumlah
jumlah 39 orang dengan persentase 54,92 %. Sedangkan perempuan berjumlah 32
orang dengan persentase 45,07 %.
2.
Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan identifikasi
dan pendataan yang dilakukan penulis terhadap keluarga besar penulis yang
sekalian menjadi responden, maka diperoleh hasil rentang usia seperti pada
tabel 2 di bawah:
Tabel 2
Data Responden Berdasarkan Usia
No
|
Keterangan
|
Kekerabatan
|
Rentang Usia (tahun)
|
Jumlah
|
|||
0 – 12
(anak-anak)
|
13 – 22
(remaja)
|
23-40 (dewasa)
|
41 + (tua/mati)
|
||||
1
|
Ego
|
Ego
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
Ayah
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
||
Omak
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
||
Saudara
Kandung
|
0
|
4
|
2
|
0
|
6
|
||
Keponakan
Ego
|
5
|
0
|
0
|
0
|
5
|
||
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
||
2
|
Sebelah Omak
|
Atok
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
Nenek
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
||
Saudara
Kandung Omak
|
0
|
0
|
5
|
1
|
6
|
||
Ipar
Omak
|
0
|
0
|
4
|
0
|
4
|
||
Sepupu
Ego (Keponakan Omak)
|
9
|
6
|
0
|
0
|
15
|
||
3
|
Sebelah Ayah
|
Atok
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
Nenek
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
||
Saudara
Kandung Ayah
|
0
|
0
|
4
|
0
|
4
|
||
Ipar
Ayah
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
||
Sepupu
Ego(Keponakan Ayah)
|
5
|
4
|
0
|
0
|
9
|
||
Jumlah
|
19
|
14
|
21
|
7
|
61
|
||
|
31,14%
|
22,95%
|
34,42%
|
11,47%
|
100%
|
Dari
tabel 2 dapat dilihat bahwa rentang usia keluarga Ego yang 0 sampai 12 tahun
(usia anak-anak) hanya 19 orang (31,14 %), 13-22 tahun (usia remaja) hanya 14
orang (22,95%), 23-40 tahun (usia dewasa) hanya 21 orang (34,42%), sedangkan usia
41+ sebanyak 7 orang(11,47%).
3.
Responden Berdasarkan Pekerjaan atau
Profesi
Berdasarkan identifikasi,
pendataan dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap keluarga besar
peneliti yang sekalian menjadi responden, maka diperoleh hasil pekerjaan atau
profesi seperti pada tabel 3 di bawah:
Tabel 3
Data Responden Berdasarkan Pekerjaan atau Profesi
No
|
Pekerjaan/Profesi
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
PNS
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Komisioner
|
0
|
0
|
0
|
3
|
TNI
|
0
|
0
|
0
|
4
|
Ustadz
|
1
|
0
|
1
|
5
|
Pedagang
Kecil
|
1
|
1
|
2
|
6
|
Wiraswasta
|
0
|
0
|
0
|
7
|
Buruh
|
0
|
0
|
0
|
8
|
Guru
|
1
|
0
|
1
|
9
|
Petani
|
0
|
0
|
0
|
10
|
Nelayan
|
10
|
0
|
7
|
11
|
Ibu
Rumah Tanngga
|
0
|
12
|
12
|
12
|
Pengangguran
(blm Kerja)
|
0
|
3
|
3
|
13
|
Bersekolah
|
7
|
7
|
14
|
14
|
Meninggal/Cerai
|
0
|
2
|
2
|
14
|
Lainnya
|
|
|
|
Jumlah
|
20
|
25
|
45
|
Dari tabel 3 dapat
dilihat bahwa keluarga Ego dari sisi pekerjaan di dominasi oleh pekerjaan
sebagai nelayan sebanyak 10 orang, ibu rumah tangga 12 orang. Sedangkann jenis
profesi paling sedikit ditekuni kerabat Ego adalah guru 1 orang, Ustadz 1
orang, dan pedagang 1 orang.
4.
Responden Berdasarkan Hubungan
Kekerabatan.
Berdasarkan identifikasi,
pendataan dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap keluarga besar penulis
yang sekalian menjadi responden, maka diperoleh hasil hubungan kekerabatan
seperti pada tabel 4 di bawah:
Tabel 4
Data Responden Berdasarkan Hubungan
Kekerabatan
No
|
Keterangan/Uraian
|
Skor
|
Persentase
|
||
1
|
Jumlah
responden yang mengenal saudara Omak
|
2
|
1
|
0
|
|
a. Kenal
|
A
|
|
|
2
|
|
b. Kurang
Mengenal
|
|
-
|
|
0
|
|
|
c. Tidak
Mengenal
|
|
|
-
|
0
|
2
|
Frekuensi
kunjungan Ego & Saudara kandung ke saudara Omak
|
|
|
|
|
a. Sering
|
-
|
|
|
0
|
|
b. Jarang
|
|
A
|
|
1
|
|
c. Tidak Pernah
|
|
|
-
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Jumlah
responden yang mengenal saudara Ayah
|
|
|
|
|
a. Kenal
|
A
|
|
|
2
|
|
b.Kurang Mengenal
|
|
-
|
|
0
|
|
|
c.Tidak Mengenal
|
|
|
-
|
0
|
4
|
Frekuensi
kunjungan Ego & Saudara kandung ke saudara Ayah
|
|
|
|
|
a. Sering
|
-
|
|
|
0
|
|
b. Jarang
|
|
A
|
|
1
|
|
c. Tidak Pernah
|
|
|
-
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Frekuensi
Ego & Saudara kandung membantu saudara Omak
|
|
|
|
|
a. Sering
|
-
|
|
|
0
|
|
b. Jarang
|
|
A
|
|
1
|
|
|
c. Tidak Pernah
|
|
|
-
|
0
|
6
|
Frekuensi
Ego & Saudara kandung membantu saudara Ayah
|
|
|
|
|
a.Sering
|
-
|
|
|
0
|
|
b.Jarang
|
|
A
|
|
1
|
|
|
c. Tidak Pernah
|
|
|
-
|
0
|
7
|
Frekuensi
Saudara Omak membantu saudara Ayah
|
|
|
|
|
a. Sering
|
-
|
|
|
0
|
|
b. Jarang
|
|
A
|
|
1
|
|
|
c. Tidak Pernah
|
|
|
-
|
0
|
8
|
Frekuensi
Saudara Ayah membantu saudara Omak
|
|
|
|
|
a. Sering
|
-
|
|
|
0
|
|
b. Jarang
|
|
A
|
|
1
|
|
c. Tidak Pernah
|
|
|
-
|
0
|
|
Jumlah
|
4
|
6
|
0
|
10
|
Dari tabel 4 terlihat
bahwa Keluarga Ego kurang harmonis kekerabatannya, ego secara pribadi cukup
dekat dengan keluarga sebelah ayah dan keluarga sebelah omak ego, tetapi tidak
dengan saudara kandung ego mereka cuma dekat kebeberapa keluarga sebelah ayah
dan keluarga sebelah omak ego. Demikian juga kekerabatan antara keluarga
sebelah ayah dan keluarga sebelah omak, terkesan membatasi kekerabatan satu
sama lainnya. Ayah dan omak ego seakan menjadi penengah diantara kedua belah
pihak keluarga sebelah ayah dan omak, ayah ego sendiri anak pertama dan umurnya
lebih tua juga dari keluarga sebelah omak membuat saudara kandung sebelah omak
merasa segan dan hormat. Ketika terjadi masalah dikeluarga sebelah ayah atau
sebelah omak, ataupun terjadi masalah antara keluarga ayah dengan keluarga
omak, ayah dan omak egolah yang dimintai pendapat, keputusan, untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Sekarang antara ego dan saudara kandung ego, dan antara
saudara sebelah ayah dan saudara sebelah omak masing-masing menjaga jarak yang
secara tidak sadar membuat kekerabatan ego dan saudara kandung ego dengan
saudara sebelah ayah serta saudara sebelah omak ego menjadi jauh, menurut
pengamatan ego ini disebabkan karena kurangnya komunikasi antar keluarga,
kesibukan masing-masing individu, serta karena prilaku acuh tidak acuhnya dalam
tolong menolong dan karena tidak membantunya keluarga sebelah ayah dan keluarga
sebelah omak ketika omakku sakit parah/ ketika kami kesusahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar