Kamis, 30 November 2017

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA

STRUKTUR KEKERABATAN
PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA


I.         Latar Belakang

Atok ego keturunan dari raja air putih yang sampai sekarang belum ego ketahui siapa nama raja tersebut dan keturunan keberapa atok ego. Atok ego berasal dari Kuala Tanjung, sedangkan nenek ego keturunan dari keluarga biasa, nenek ego berasal dari kuala tanjung dan sampai akhirnya atok menikah dengan nenek ego. Ayah ego lahir pada tahun 1964 di kuala tanjung anak pertama dari atok dan nenek ego sebelah ayah, sebelas tahun berlalu atok dan nenek ego berimigrasi ke pasarabuk yang sekarang namanya jalan beringin. Mereka pindah karena terancam ekonomi, makanan mereka sehari-hari pada waktu cuma segenggam nasi yang dicampur dengan sagu. Tidak tahan dengan keadaan ekonomi mereka di kuala tanjung yang sangat kecil, atok dan nenek ego memutuskan untuk pindah ke pasarabuk berharap ekonomi mereka semakin meningkat. Pada tahun 1975 atok dan nenek ego pindah dengan membawa 3 orang anak yaitu ayah ego berumur 11 tahun sebagai anak pertama, pak onga berumur 9 tahun anak kedua, dan bu irus berumur 7 tahun sebagai anak ketiga. Atok dan nenek ego sebelah ayah punya anak 6, laki-laki 4 dan perempuan 2 orang.
Sedangkan atok ego sebelah omak berasal dari daerah Ajamu Labuhan Bilik, dan atok ego adalah anak angkat dari orang tua yang membesarkannya. Atok ego marga situmorang dari batak toba, yang dipungut serta dibesarkan oleh orang Labuhan Bilik dan sampai sekarang atok ego tidak tahu siapa orang tua kandungnya. Atok ego merantau ke batu bara pada umur 20 tahun-an, dia merantau tidak lain untuk mencari pengalaman dan pekerjaan. Ketika atok ego merantau di batu bara, pada saat itulah atok ego berjumpa dengan nenek ego dan selanjutnya mereka menikah. Atok dan nenek ego dikaruniahilah 7 orang anak laki-laki 5 perempuan 3, atok dan nenek ego tinggal di jalan Solo.



II.      Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam studi ini adalah sebagai berikut:
1.        Bagaimana pola kekerabatan keluarga besar ego?
2.        Bagaimana hubungan kekerabatan antara keluarga ayah ego dengan keluarga omak ego?
3.        Bagaimana pembauran antara keluarga ayah ego dengan keluarga omak ego?
4.        Pihak manakah yang paling dominan dalam kekerabatan keluarga ego?

III.   Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan masalah dalam studi ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pola kekerabatan keluarga besar ego
2.      Untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara keluarga ayah ego dengan keluarga omak ego
3.      Untuk mengetahui pembauran antara keluarga ayah ego dengan keluarga omak ego
4.      Untuk mengetahui Pihak manakah yang paling dominan dalam kekerabatan keluarga ego

IV.   Metode Penelitian
Studi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara melalui via telpon terhadap kekerabatan keluarga ego dalam hal untuk menemukan jawaban terhadap rumusan dan tujuan dalam studi ini. Studi ini cuma dilakukan dengan wawancara melalui via telpon, disebabkan karena jauhnya jarak keluarga kedua belah pihak ego dan karena terbatasnya waktu penulis.

V.      Lokasi Penelitian
Lokasi studi dilakukan di Desa Bogak Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu Bara, yang juga sebagai tempat kelahiran ego dan tempat ayah dan omak serta keluarga ego,dan satu tempat ini menjadi lokasi studi ego.

VI.   Aku Dan Saudara-Saudara Kandungku
Aku adalah anak laki-laki pertama dan terakhir, aku anak ke 3 aku dari 7 orang bersaudara dan dari 6 orang perempuan. Anak pertama Nurhayati kakakku, suaminya Ali Syahputra berasal dari daerah yang sama yaitu Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu Bara dikaruniahi anak masih 2 orang. Kakakku Ernawati anak ke 2 menikah dengan Ilham yang berasal dari satu daerah, mereka dikaruniahi anak 2 orang. Adikku Dahlia anak ke 4 bersuamikan Ferry Syahputra, dia berasal dari Batu Bara juga, mereka masih dikaruniakan 1 orang anak. Muliyati adikku anak ke 5, dia belum menikah karena melanjutkan kuliah di kampus IAIN SU walaupun sudah ada 5 orang kaya yang mau melamarnya tetapi ditolaknya dengan alasan masih sekolah dan mau kuliah dulu. Adikku ke 6 Sri Wahyuni yang sekarang sudah kelas 3 Aliyah. Adikku Kamelia anak paling bungsu yang sekarang masih sekolah kelas I MAS Al-Wasliyah, dia punya cita-cita ingin pergi ke Korea.
Aku dilahirkan pada tahun 1990 akan tetapi karena aku mau masuk sekolah tahun kelahiranku dirubah menjadi tahun 1989, di desa Pasarabuk Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Keadaan ekonomi orang tuaku pada waktu itu cukup sederhana, masa-masa kecilku tidak terlalu ketika sebelum masuk sekolah tidak terlalu menyenangkan karena sewaktu kecil aku sering sakit-sakitan. Singkat cerita karena akupun kurang ingat tentang masa kecil sebelum sekolah, setelah aku masuk sekolah dengan seolah umurku 7 tahun padahal masih 6 tahun. Awal masuk sekolah aku diantari sama omakku begitu juga dengan para murid lainnya, sifatku yang pendiam membuat aku tidak banyak bergerak, jarang bertanya, dan jarang bermain degan kawan-kawan lainnya. Catur wulan pertama  berlalu di kelas I dan aku mendapat rangking 3 saat menerima raport, setelah catur wulan II  aku mendapat rangking 3 dan mendapatkan hadiah dari wali kelas .
Saat aku naik kelas 2, aku selalu mendapat rangking antara rangking 1, 2, atau 3, sampai saat-saat pembegian raport kawan-kawan sering menebak-menebak aku rangking 1, atau rangking 2, atau rangking 3. Semenjak naek kelas 3, aku menjadi murid kesayangan wali kelas yang beragama kristen. Budaya di sekolah SD ku apabila menjadi murid kesayangan biasanya disuruh menulis pelajaran ke papan tulis dan aku sering disuruh menulis pelajaran ke papan tulis. Tahun berganti tahun akupun terus naek kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. Begitu juga de kelas 4 dan kelas 5 aku tetap bersaing dengan teman sekelas ku yaitu nurhayati, kami bersaing serta bergantian mendapatkan rangking 1,2,3. Akan tetapi sewaktu kelas IV prestasi ku menurun dan mendapat rangking 4 disemester awal dan mendapat rangking 5 disemester II.
Ayahku yang pekerjaannya sebagai nelayan jaring kotam ( penangkap kepiting) pada saat itu membawa perekonomian keluarga kami serba cukup, bahkan pada waktu itu ayah mempunyai 3 rumah. Sifat ayahku yang lebih baik terhadap apak-apak ku, dan ibu-ibu ku (adik-adik kandungnya) membuat omak ku sering kesal sama ayah. Karena duit ayah sering habis dikasih-kasih kepada sandara kandungnya, bahkan 1 rumah ayah juga dijual dengan harga yang sangat murah dan 2 rumah lagi dikasihkan begitu saja kepada adik-adiknya. Omak aku tidak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu karena pada saat itu perekonomian keluarga bisa dikatakan lumayan. Akan tetapi lambat laun sifat adik-adik kandung sebelah ayah semakin menjadi-jadi, sering kali mereka minta tolong dalam hal materi kepada ayah dan tidak memulangkannya. Begitu juga dengan saudara kandung sebelah omak, dan begitu seterusnya sampi beberapa bulan yang lalu, ketika omak ku sakit diopname  di Rumah Sakit Kisaran selama 2 minggu lebih.
Ketika itu ayahku meminta tolong kepada saudara-saudara kandungnya dan saudara-saudara kandung sebelah omak meminjam duit untuk pembiayaan di rumah sakit, tidak ada satu pun yang bisa membantu padahal seminggu yang lalu adik sebelah omak mengatakan kalau dia lagi banyak duit. Tetapi kenapa ketika ayah aku datang meminta tolong kepada mereka untuk meminjam duit mereka bilang lagi tidak ada duit, sementara ketika mereka lagi sakit dan butuh bantuan mereka sering meminta bantuan serta minta dirawat dan orang tua ku sendiri tidak pernah mengeluh untuk menolong mereka. Akan tetapi kenapa saudara-saudara sebelah omak dan sebelah ayah tidak ada yang membantu. Semenjak itu sikap dan prilaku aku secara pribadi berubah terhadap apak-apak dan ibu-ibu sebelah omak dan ayahku sampai sekatang ini.
VII. Aku Dan Keluarga Omakku
Keluarga omakku adalah suku batak Toba dari atok, Mahmud Situmorang nama atokku dia berasal dari Labuhan Bilik Desa Amuja. Atokku seorang anak pungut dia dibesarkan oleh seorang Dukun besar namanya pak Abdullah yang tinggal di Labuhan Bilik, dari semasa hidupnya atokku sampai dia meninggal dunia dia tidak tahu siapa orang tua kandungnya. Atokku tumbuh besar di Labuhan Bilik sampai dia berumur 17 tahun, ketika berumur 18 tahun atokku pergi merantau ke Batu Bara untuk mencari pekerjaan. Atokku ikut kelaut dengan nelayan-nelayan setempat sampai suatu saat atokku membeli celana di pajak dan disitulah awalnya atok berjumpa dengan nenekku. Setelah berkenalan tidak lama kemudian merekapun menikah dan tinggal di desa Suka Maju Gg. Solo, mereka mempunyai anak 7 orang yaitu wak Utet (Maimunah Situmorang) anak pertama, omakku (Umi Kalsum Situmorang) anak kedua, pak Ipin (Arifin Situmorang) anak ketiga, pak Amat (Rahmat Situmorang) anak keempat, pak Ayem (Ibrahim Situmorang) anak kelima, pak Ulan (Ruslan Situmorang) anak keenam, Ucu (Zuraida Situmorang). Nenekku meninggal lebih dulu dari atokku, semasa aku serta saudara-saudara kandungku kami tidak sempat mengenal nenek kami yang ramah disebut Nek Ondol, lama tinggal sendiri atokku menikah lagi dengan Nek Ipah.
Atokku termasuk orang yang disegani di desaku karena atokku punya Ilmu kebathinan, jadi banyak orang yang datang kerumah khususnya anak-anak muda untuk menuntut ilmu tersebut. Ada beberapa kejadian heboh yang membuat atokku lebih dikenal orang, ketika atokku pergi kelaut pukat Teri beliau terjatuh dilaut karena bakatnya besar dan tidak ada yang tahu dia terjatuh kelaut. Padahal atokku sama sekali tidak bisa berenang, ketika terjatuh beliau tidak tenggelam malahan terapung-apung sampai ada nelayan yang lain membantunya. Orang-orang menduga kalau atokku sudah meniggal dilaut karena beliau tidak bisa berenang, tetapi kenyataannya atokku tidak apa-apa dan semenjak itulah atokku lebih dikenal orang-orang Tanjung Tiram. Kejadian selanjutnya atokku ketika pergi ke Pekanbaru mau menjumpai sandara angkatnya disana, tetapi atokku tidak tahu alamatnya dimana dan tidak ada dikasih tahu kepada saudara angkatnya kalau dia mau datang. Ketika dia pergi kesana, tidak tahu gimana caranya dia bisa sampai ke rumah saudara angkatnya dan membuat mereka terkejut karena tiba-tiba atokku datang ke rumahnya, semenjak kejadian itu atokku lebih disegani orang-orang di desaku.
Atokku menurunkan ilmu-ilmunya sebagian kepada anak-anaknya dan cucuh-cucuhnya juga termasuk aku. Aku sebelumnya tidak pernah terpikirkan tentang ilmu-ilmu atokku, ketika aku mau pergi ke medan untuk mendaftar kuliah atokku datang ke rumah menjumpai aku dan beliau bertanya “jadi ondak ke medan? Jadi tok jawabku, bilo beghangkatnyo? 4 ayi lagi tok jawabku, besok datang ke khumah yo, iyo tok jawabku. Keesokan harinya aku datang ke rumah atokku, aku disuruh masuk dan di kasih 2 amalan atau ilmu yang pertama ilmu Uluh Hati, dan kedua ilmu Selamat.  Setelah itu aku mulai melirik atokku dan sadar bahwa atokku bukan orang sembarangan, ketika aku cerita-cerita sama omakku dan apak-apakku mereka membenarkan itu semua dan bahkan uwakku, apak-apakku sudah dikasih sebagian amalan (ilmu-ilmu kebathinan). Aku dan saudara kandungku lebih dekat dengan keluarga sebelah omakku, karena percaya tidak percaya banyak orang-orang bilang kalau anak dari keluarga pasti lebih dekat dengan keluarga sebelah perempuan/ omak, dan berdasarkan pengamatan aku dimasyarakat banyak aku dapati anak-anak dari keluarga yang lebih dekat dari keluarga sebelah perempuan dari pada laki-laki.
Waktupun terus berlalu, uwak utetku mulai sakit-sakitan begitu juga dengan atokku. Sebulan sakit-sakitan uwak utetku meninggal dunia, tinggallah seorang anak angkat dan suami tercintanya. Beberapa bulan kemudian atokku yang sudah sakit-sakitan juga meninggal dunia, akupun langsung pulang dari medan ke Batu  Bara. Meninggal dunianya atok membuat keluarga sebelah omakku jadi kurang dekat, masing-masing dari saudara kandung omakku mencari pekerjaan dan kegiatannya. Omakku masih tetap dengan pekerjaannya yaitu menjadi ibu rumah tangga, Pak Ipinku kelaut ikan Teri, Pak Amatku tidak lagi kelaut tetapi membuka kedai/ kios, Pak Ayemku pada waktu itu sudah menetap di Padang karena dia mendapat istri orang Padang, Pak Ulanku tidak ada kabar dimana dia sekarang, apa pekerjaannya, sedangkan Ucu Zuraiku masih tinggal di Malaysia. Waktu terus berlalu omakku mulai sakit-sakitan badannya semakin lama semakin kurus, tidak terpikirkan oleh ayahku, omakku, aku dan saudara kandungku tentang penyakit omakku. Pada saat itu perekonomian/ pendapatan orang tuaku sangat kecil hanya cukup untuk makan satu hari, dari hari ke hari ayahku mau membawa omakku ke rumah sakit Kisaran tetapi omakku sering menolak karena mungkin omakku berpikir duit tidak ada dan biaya rumah sakit pasti besar. Begitu seterusnya dari hari kehari, omakku juga sudah berobat kebeberapa tempat dengan terapi-terapi tradisional namun hasilnya tetap sama. Ayahku pergi berdagang ke Pantai Labu mencari ikan karena di Batu Bara sendiri pada waktu itu sedikit sekali ikan, dengan keadaan omakku yang sakit-sakitan membuat ayahku tidak tentu dan menjadi pikirannya ketika pergi kelaut.
Omakku terus sakit-sakitan hingga suatu hari kakakku menelpon ayahku dan menyuruh ayahku segera pulang ke rumah, tanpa berpikir panjang lagi karena ayahku sendiri sudah selalu terpikir dengan omak langsung pulang naik sepeda motor. Setibanya dirumah ayahku melihat omakku sudah merintih-merintih kesakitan, ayahku mau membawa omakku ke RS. Kisaran tetapi omakku tetap tidak mau. Ayahku membawa omakku ke klinik terdekat akan tetapi tidak ada perubahan, ayahku mengajak omakku lagi ke RS. Kisaran tetapi omakku tetap tidak mau. Aku tidak habis pikir kenapa omakku mau menahan rasa sakit itu dan tidak mau dibawa ke RS. Kisaran, tetapi aku juga mengerti kenapa omakku tidak mau dibawa ke RS, karena omakku sadar kalau duit lagi tidak ada dan biaya rumah sakit pasti mahal. Hari pun sudah sore, omakku tidak berhenti merintih-merintih sampai keluar ucapan dari omakku “ayoklah ke khumah sakit, uda tidak tahan aku” mendengar ucapan seperti itu ayahku langsung memanggil becak dan mengangkat omakku untuk dibawa ke RS. Kisaran.
Setibanya di RS. Kisaran omakku langsung dibawa ruang UGD, ayahku yang tidak ada pegangan duit pulang kekampung lagi untuk meminjam duit. Ayahku pergi mendatangi Pak Ipin karena seminggu lalu dia mengatakan kalau dia lagi banyak duit, ketika ayahku meminjam duit kepadanya dia berkata “uda tak ado lagi duitnyo bah, akupun polu ne bah”. Seolah-olah duitnya takut tidak diganti ayah, dengan kecewanya ayahku pergi ke Pak Amat dan jawabanya juga begitu. Aku sewaktu itu masih di medan, saudara kandungku dan ayahku tidak memberitahu kalau omakku masuk rumah sakit, perasaanku sudah tidak enak akupun menelpon ke kampung dan diangkat oleh adikku. Ketika aku menelpon biasanya dijawab oleh omakku tetapi sekali ini dijawab oleh ayahku, aku bertanya apo kaba omak yah, ayahku terdiam sejenak dan berkata ayah lagi di RS. Kisaran ini. Aku langsung bertanya masuk RS omak, iyo tapi tidak apo-aponyo jawab ayahku yang takut kalau aku menjadi khawatir, besoknya akupun langsung pulang dan pergi ke RS. Kisaran. Ayahku banyak bercerita disitu tentang keluarga sebelah omak yang tidak mau membantu, semenjak itu kekerabatan kami dengan saudara sebelah omak jadi renggang.

VIII.  Aku Dan Keluarga Ayahku
Atokku adalah suku Melayu yang berasal dari Kec. Air Putih Kab. Batu Bara, dari cerita ayahku atok masih keturunan Raja Air Putih akan tetapi ayahku kurang mengetahui tentang sejarah silsilah raja tersebut, sedangkan atokku sendiri sekarang sudah meninggal dunia jadi informasi yang didapat kurang akurat. Atokku anak pertama dari 3 orang bersaudara, adik atokku satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Nek marni adik kedua atokku, dan tok ucu anak ketiga/ anak terakhir dari saudara kandung atokku. Atokku menikah dengan Nek Minah di Kuala Tanjung, mereka tinggal di Kuala Tanjung sampai dengan lahirnya ayahku, pak itam, dan bu irusku. Setelah ayahku berumur 14 tahun atokku pindah ke Desa Pasarabuk yang sekarang namanya Desa Bogak Kec. Tanjung Tiram, karena perekonomian atokku pada waktu itu tergolong kurang makanya atokku mengajak pindah keluarga dan anak-anaknya dengan harapan perekonomian mereka bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Atokku beserta keluarganya tinggal menetap di Tanjung Tiram sampai dengan sekarang, atokku punya 6 orang anak. Ayahku anak pertama, Pak Itam (Rustam) anak kedua, Bu Irus (Rusna) anak ketiga, Pak Itan (Fairul) anak keempat, Pak Alen (Sahren) anak kelima, Bu Ani (Aini) anak keenam. Setelah aku berumur 7 tahun Nek Minahku meninggal dunia, aku masih kecil pada waktu itu jadi aku Cuma heran melihat saudara sebelah ayahku menangis sampai-sampai Bu Irus kerasukan Jin. Tidak lama kemudian Bu Aniku yang masih duduk di kelas 1 SMA meninggal dunia karena terkena penyakit asma, ketika itu aku sudah mulai berakal dan sudah bisa merasakan kesedihan. Sewaktu Bu Ani dibawa naik ambulan, aku mau ikut tetapi tidak diperbolehkan oleh ayahku dan pada saat itu entah kenapa aku menangis.
Semenjak aku masuk SD aku sudah dekat dengan keluarga sebelah ayahku, aku sering bermain-main di rumah atokku, membuat layangan dengan atokku, minta pangkaskan dengan Pak Itanku sampai aku tamat MTs. Aku sering bersenda gurau dengan keluarga sebelah ayahku, ketika mereka pulang dari laut, ketika apak-apakku duduk di warung aku sering diledeki oleh apak-apakku. Dari aku kecil sampai aku MAS aku cukup dekat dengan keluarga sebelah ayahku. Waktu terus berlalu, aku lebih banyak menghabiskan waktu pergi berenang di sungai sambil menunggu ayah pulang dari laut dan ditempat itu jugalah aku banyak berinteraksi dengan keluarga sebelah ayahku. Umurpun semakin lanjut atokku mulai sakit-sakitan walaupun tidak parah, beberapa minggu sakit-sakitan atokku meninggal dunia di atas tempat tidurnya tanpa ada yang tahu atokku sudah meninggal dunia. Sepeninggalan atokku keluarga sebelah ayahku mulai mencari tempat tinggalnya masing-masing. Kemudian akupun pergi ke medan untui melanjutkan kuliah, dari mulai itu aku semakin jarang berkomunikasi dengan keluarga sebelah ayahku.











Hasil Penelitian

            Hasil penelitian yang dilakukan berkenaan dengan sistem kekerabatan keluarga Ego dapat digambarkan dalam tabel kuantitaif sebagai berikut:
1.      Responden Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan identifikasi dan pendataan yang dilakukan penulis terhadap keluarga besar penulis yang sekalian menjadi responden, maka diperoleh hasil bahwa keluarga penulis berjumlah 149 orang. Dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1
Data Responden Menurut Jenis Kelamin
No
Keterangan
Kekerabatan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
Ego
Ego
1
0
1
Ayah
1
0
1
Omak
0
1
1
Saudara Kandung
0
6
6
Keponakan Ego
5
3
8












2
Sebelah Omak
Atok
1
0
1
Nenek
0
1
1
Saudara Kandung Omak
4
3
7
Ipar Omak
3
2
5
Sepupu Ego (Keponakan Emak)
8
5
13
3
Sebelah Ayah
Atok
1
0
1
Nenek
0
1
1
Saudara Kandung Ayah
4
4
8
Ipar Ayah
4
2
6
Sepupu Ego (Keponakan Ayah)
7
4
11
Jumlah
39
32
71

54,92%
45,07%
100%

            Dari tabel 1, di atas, dapat dihitung dari jumlah dan persentase yang menunjukkan keluarga besar Ego yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar, berjumlah jumlah 39 orang dengan persentase 54,92 %. Sedangkan perempuan berjumlah 32 orang dengan persentase 45,07 %.



2.      Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan identifikasi dan pendataan yang dilakukan penulis terhadap keluarga besar penulis yang sekalian menjadi responden, maka diperoleh hasil rentang usia seperti pada tabel 2 di bawah:
Tabel 2
Data Responden Berdasarkan Usia

No

Keterangan

Kekerabatan

Rentang Usia (tahun)

Jumlah
0 – 12
(anak-anak)
13 – 22
(remaja)
23-40 (dewasa)
41 + (tua/mati)
1
Ego
Ego
0
0
1
0
1
Ayah
0
0
0
1
1
 Omak
0
0
0
1
1
Saudara Kandung
0
4
2
0
6
Keponakan Ego
5
0
0
0
5


















2
Sebelah Omak
Atok
0
0
0
1
1
Nenek
0
0
0
1
1
Saudara Kandung Omak
0
0
5
1
6
Ipar Omak
0
0
4
0
4
Sepupu Ego (Keponakan Omak)
9
6
0
0
15
3
Sebelah Ayah
Atok
0
0
0
1
1
Nenek
0
0
0
1
1
Saudara Kandung Ayah
0
0
4
0
4
Ipar Ayah
0
0
5
0
5
Sepupu Ego(Keponakan Ayah)
5
4
0
0
9
Jumlah
19
14
21
7
61

31,14%
22,95%
34,42%
11,47%
100%

            Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rentang usia keluarga Ego yang 0 sampai 12 tahun (usia anak-anak) hanya 19 orang (31,14 %), 13-22 tahun (usia remaja) hanya 14 orang (22,95%), 23-40 tahun (usia dewasa) hanya 21 orang (34,42%), sedangkan usia 41+  sebanyak 7 orang(11,47%).






3.      Responden Berdasarkan Pekerjaan atau Profesi
Berdasarkan identifikasi, pendataan dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap keluarga besar peneliti yang sekalian menjadi responden, maka diperoleh hasil pekerjaan atau profesi seperti pada tabel 3 di bawah:
Tabel 3
Data Responden Berdasarkan Pekerjaan atau Profesi
No
Pekerjaan/Profesi
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
PNS
0
0
0
2
Komisioner
0
0
0
3
TNI
0
0
0
4
Ustadz
1
0
1
5
Pedagang Kecil
1
1
2
6
Wiraswasta
0
0
0
7
Buruh
0
0
0
8
Guru
1
0
1
9
Petani
0
0
0
10
Nelayan
10
0
7
11
Ibu Rumah Tanngga
0
12
12
12
Pengangguran (blm Kerja)
0
3
3
13
Bersekolah
7
7
14
14
Meninggal/Cerai
0
2
2
14
Lainnya



Jumlah
20
25
45

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa keluarga Ego dari sisi pekerjaan di dominasi oleh pekerjaan sebagai nelayan sebanyak 10 orang, ibu rumah tangga 12 orang. Sedangkann jenis profesi paling sedikit ditekuni kerabat Ego adalah guru 1 orang, Ustadz 1 orang, dan pedagang 1 orang.

4.      Responden Berdasarkan Hubungan Kekerabatan.
Berdasarkan identifikasi, pendataan dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap keluarga besar penulis yang sekalian menjadi responden, maka diperoleh hasil hubungan kekerabatan seperti pada tabel 4 di bawah:





Tabel 4
Data Responden Berdasarkan Hubungan Kekerabatan
No
Keterangan/Uraian
Skor
Persentase
1
Jumlah responden yang mengenal saudara Omak
2
1
0

a.  Kenal
A


2
b.  Kurang Mengenal

-

0

c.  Tidak Mengenal


-
0
2
Frekuensi kunjungan Ego & Saudara kandung ke saudara Omak




a. Sering
-


0
b. Jarang

A

1
c.  Tidak Pernah


-
0





3
Jumlah responden yang mengenal saudara Ayah




a. Kenal
A


2
b.Kurang Mengenal

-

0

c.Tidak Mengenal


-
0
4
Frekuensi kunjungan Ego & Saudara kandung ke saudara  Ayah




a. Sering
-


0
b. Jarang

A

1
c.  Tidak Pernah


-
0





5
Frekuensi Ego & Saudara kandung membantu saudara Omak




a.  Sering
-


0
b. Jarang

A

1

c.  Tidak Pernah


-
0
6
Frekuensi Ego & Saudara kandung membantu saudara Ayah




a.Sering
-


0
b.Jarang

A

1

c.  Tidak Pernah


-
0
7
Frekuensi Saudara Omak membantu saudara Ayah




a.  Sering
-


0
b.  Jarang

A

1

c.  Tidak Pernah


-
0
8
Frekuensi Saudara Ayah membantu saudara Omak




a. Sering
-


0
b. Jarang

A

1
c. Tidak Pernah


-
0
Jumlah
4
6
0
10

Dari tabel 4 terlihat bahwa Keluarga Ego kurang harmonis kekerabatannya, ego secara pribadi cukup dekat dengan keluarga sebelah ayah dan keluarga sebelah omak ego, tetapi tidak dengan saudara kandung ego mereka cuma dekat kebeberapa keluarga sebelah ayah dan keluarga sebelah omak ego. Demikian juga kekerabatan antara keluarga sebelah ayah dan keluarga sebelah omak, terkesan membatasi kekerabatan satu sama lainnya. Ayah dan omak ego seakan menjadi penengah diantara kedua belah pihak keluarga sebelah ayah dan omak, ayah ego sendiri anak pertama dan umurnya lebih tua juga dari keluarga sebelah omak membuat saudara kandung sebelah omak merasa segan dan hormat. Ketika terjadi masalah dikeluarga sebelah ayah atau sebelah omak, ataupun terjadi masalah antara keluarga ayah dengan keluarga omak, ayah dan omak egolah yang dimintai pendapat, keputusan, untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Sekarang antara ego dan saudara kandung ego, dan antara saudara sebelah ayah dan saudara sebelah omak masing-masing menjaga jarak yang secara tidak sadar membuat kekerabatan ego dan saudara kandung ego dengan saudara sebelah ayah serta saudara sebelah omak ego menjadi jauh, menurut pengamatan ego ini disebabkan karena kurangnya komunikasi antar keluarga, kesibukan masing-masing individu, serta karena prilaku acuh tidak acuhnya dalam tolong menolong dan karena tidak membantunya keluarga sebelah ayah dan keluarga sebelah omak ketika omakku sakit parah/ ketika kami kesusahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA I.          Latar Belakang Atok ego keturunan dari raja ai...