Rabu, 16 November 2016

ANTROPOLOGI PARIWISATA “KUBA MERIAM DI KABUPATEN BATUBARA”

ANTROPOLOGI PARIWISATA
“KUBA MERIAM/DATUK DI KABUPATEN BATUBARA”

A.      Antropologi Pariwisata
Antropologi pariwisata merupakan salah satu kajian yang menawarkan bagaimana sebuah budaya, peninggalan sejarah, kuliner, dijadikan sebuah tempat pariwisata yang mesti dikunjungi ketika berada atau melewati daerah tersebut. Antropologi pariwisata punya cara tersendiri dalam menawarkan tempat tersebut menjadi tempat wisata baik dalam negeri maupun luar negeri, oleh karena itu perlu bagi kita yang tertarik dalam hal pariwisata mempelajari tentang antropologi pariwisata. Aplikasi dari ilmu antropologi ke pariwisata dihubungkan dengan pertumbuhan di pariwisata internasional di waktu paruh dari abad ke-20. Terutama sekali, peningkatan pariwisata ke dunia terbelakang yang dimaksud wisatawan itu sedang mengunjungi negara-negara di mana banyak orang ahli antropologi yang telah dilaksanakan lingkungan kerja mereka (Nash, 1996).

Dalam hal ini pariwisata menurut (Abercrombie et cd., 2000) dapat ditafsirkan sebagai pencarian untuk keaslian dan memburu ‘cerita’ tentang hidup yang lebih sederhana dan primitif sebelum hidup industrialisasi. Pariwisata boleh juga digunakan oleh individu untuk membantu membangun identitas mereka sendiri sebagai kelas sosial menjadi lebih sedikit penting di dalam peran ini. Suatu istilah sering digunakan untuk menguraikan langkah masyarakat barat sudah mencapai di dalam pengembangan mereka menempatkan modernas. Walaupun disana ada perselisihan paham atas artinya, karakteristiknya dapat dikenali di dalam lapisan hidup sosial, ekonomi, budaya dan politis.
Pariwisata bukan hanya sebatas bersantai-santai atau rekreasi, tapi dewasa ini pariwisata dimaknai lebih dalam lagi yaitu mencari sesuatu cerita dari wisata yang ditawarkan baik itu budaya, peninggalan sejarah, kuliner dan lain-lainnya. Wisata lebih identik dengan tempat-tempat santai (menikmati indahnya alam), sedangakan pariwisata lebih kearah pengetahuan tentang sesuatu yang baru. Pariwisata di Sumatera Utara sangat banyak dan banyak dikunjungi wisatawan-wisatawan dalam negeri dan asing seperti Danau Toba, Bukit lawang, dan sebagainya yang memiliki keindahan alamnya, budayanya, dan historisnya. Di Sumatera utara juga masih banyak tempat-tempat yang layak dijadikan tempat pariwisata baik dari segi budayanya, historisnya, akan tetapi belum terpublikasi kemasyarakat luar daerah seperti Kawah Putih Tinggi Raja, Batu Rongring di Langkat, Pelaruga di Langkat, Pulau Mursala Tapanuli Tengah, Pulau Salah Namo di Kab. Batubara, Kubah Mariam di kab. Batubara dan lain-lainnya.
Pemerintah Prov. Sumatera Utara harus lebih jeli lagi dalam melihat dan mengembangkan potensi di daerah-daerah yang ada di Smuatera Utara, karena jika suatu daerah memiliki potensi alam yang layak dijadikan tempat wisata atau daerah tersebut bukan hanya memiliki potensi alam yang indah akan tetapi juga memiliki nilai sejarah, budaya, maka bisa dipastikan pendapatan daerah itu akan besar dan pastinya juga pemerintah Sumatera Utara juga yang akan menerima hasilnya.

B.       Lokasi Pariwisata Belum Terpublikasi (Kuba Mariam / Datuk) Di Kab. Batubara
Kabupaten batu bara adalah salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. DPR telah menyetujui rancangan pembentukannya tanggal 8 Desember 2006 dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 15 Juni 2007. Bupati pertama pada saat itu Drs. H. Sofyan Nasution, S.H. Kabupaten ini merupakan bagian dari pemekaran kabupaten Asahan, kabupaten batu bara juga menjadi salah satu dari 16 kabupaten yang dimekarkan pada tahun 2006. Bandara yang terdekat adalah Bandara Kuala Namu. Penduduk yang bermukim di kabupaten batubara umumnya beretnis melayu ( mendominasi sekitar 43 dari total penduduk), kemudian diikuti oleh orang jawa dan batak . Mandailing merupakan subetnis batak yang paling banyak bermukim disini (Usman Pelly, 1984)
Pada abad ke-18 Minangkabau banyak ditemui disini batubara telah menjadi pangkalan para pengusaha dan perantau minangkabau yang melakukan perdagangan di Selat Malaka. Umumnya para pedagang membawa hasil bumi dari pelalawan, siak dan jambi , batubara merupakan koloni dagang orang-orang minang di pesisir timur sumatera. Dari lima suku asli yang terdapat di batubara yakni lima laras, tanah datar, pesisir , lima puluh dan suku boga , dua diantaranya terindentifikasi sebagai nama lunak di Minangkabau yang diperkirakan tempat asal suku tersebut (Usman Pelly, ibid).  Sebagai wilayah yang memegang peran penting dari pesisir timur sumatera, batu bara juga memiliki daya tarik sebagai tempat wisata alam bahari , budaya dan sejarah. Dan kebetulan saya menemukan brosur unik ini dan langsung membagikannya ke kita semua.
Di kab. Batubara ada terdapat suatu objek wisata dan bisa dijadikan pariwisata, bukan karena keindahan alamnya akan tetapi karena masyarakat mempercayai bahwa jika kita melepaskan ayam atau mandi di tempat itu maka penyakit yang ada pada orang itu akan sembuh. Bahkan ada juga yang mempercayai bahwa kalau mau tahu jodohnya masih dekat atau masih jauh dia harus mengambil batang dari pohon kelapa dan mengukur dengan kedua tangannya. Hal inilah yang menyebabkan tempat ini selalu dipadati oleh masyarakat setempat khususnya ketika hari-hari libur dan hari – hari lainnya jika ada keperluan. Kuba Mariam (sebutan yang sering diucapkan masyarakat) Terletak di Kuala Gunung , Lima Puluh Kota . Dianggap sebagai tempat asal-muasal nama Batu Bara . Lokasi ini dipercaya menjadi tempat bara dari batu yang membara pada malam hari dan sekaligus dijadikan nama daerah dan tanda ( kubah Datuk Batu bara) . Nilai wisata ditempat ini lebih condong ke wisata sejarah yang dikombinasikan dengan wisata religi. Pengalaman pribadi penulis juga menjadi isi dari makalah ini, pada saat saya masih duduk di Sekolah Dasar (lupa dikelas berapa dan umur berapa) kami berkunjung ke Kuba Mariam dengan menyewa 1 angkutan, setibanya disana saya yang dalam keadaan mual melihat keramaian orang-orang ditempat itu dengan berbagai tujuan dan prilaku. Ada dua mariam yang di tutupi dengan selendang kuning berpondokan batu, banyak terlihat orang-orang duduk disamping mariam itu sambil berdoa, berfoto dan lain-lainnya.



DAFTAR RUJUKAN

Usman Pelly, Sejarah sosial daerah Sumatera Utara, Kotamadya Medan, 1984



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA I.          Latar Belakang Atok ego keturunan dari raja ai...