ANTROPOLOGI
PARIWISATA
“KUBA MERIAM/DATUK
DI KABUPATEN BATUBARA”
A. Antropologi Pariwisata
Antropologi pariwisata merupakan salah satu
kajian yang menawarkan bagaimana sebuah budaya, peninggalan sejarah, kuliner,
dijadikan sebuah tempat pariwisata yang mesti dikunjungi ketika berada atau
melewati daerah tersebut. Antropologi pariwisata punya cara tersendiri dalam
menawarkan tempat tersebut menjadi tempat wisata baik dalam negeri maupun luar
negeri, oleh karena itu perlu bagi kita yang tertarik dalam hal pariwisata
mempelajari tentang antropologi pariwisata. Aplikasi dari ilmu antropologi ke pariwisata dihubungkan
dengan pertumbuhan di pariwisata internasional di waktu paruh dari abad ke-20.
Terutama sekali, peningkatan pariwisata ke dunia terbelakang yang dimaksud
wisatawan itu sedang mengunjungi negara-negara di mana banyak orang ahli
antropologi yang telah dilaksanakan lingkungan kerja mereka (Nash, 1996).
Dalam
hal ini pariwisata menurut (Abercrombie et cd., 2000) dapat ditafsirkan sebagai
pencarian untuk keaslian dan memburu ‘cerita’ tentang hidup yang lebih sederhana
dan primitif sebelum hidup industrialisasi. Pariwisata boleh juga digunakan
oleh individu untuk membantu membangun identitas mereka sendiri sebagai kelas
sosial menjadi lebih sedikit penting di dalam peran ini. Suatu istilah sering
digunakan untuk menguraikan langkah masyarakat barat sudah mencapai di dalam
pengembangan mereka menempatkan modernas. Walaupun disana ada perselisihan
paham atas artinya, karakteristiknya dapat dikenali di dalam lapisan hidup
sosial, ekonomi, budaya dan politis.
Pariwisata
bukan hanya sebatas bersantai-santai atau rekreasi, tapi dewasa ini pariwisata
dimaknai lebih dalam lagi yaitu mencari sesuatu cerita dari wisata yang
ditawarkan baik itu budaya, peninggalan sejarah, kuliner dan lain-lainnya.
Wisata lebih identik dengan tempat-tempat santai (menikmati indahnya alam),
sedangakan pariwisata lebih kearah pengetahuan tentang sesuatu yang baru.
Pariwisata di Sumatera Utara sangat banyak dan banyak dikunjungi
wisatawan-wisatawan dalam negeri dan asing seperti Danau Toba, Bukit lawang,
dan sebagainya yang memiliki keindahan alamnya, budayanya, dan historisnya. Di
Sumatera utara juga masih banyak tempat-tempat yang layak dijadikan tempat
pariwisata baik dari segi budayanya, historisnya, akan tetapi belum
terpublikasi kemasyarakat luar daerah seperti Kawah Putih Tinggi Raja, Batu
Rongring di Langkat, Pelaruga di Langkat, Pulau Mursala Tapanuli Tengah, Pulau
Salah Namo di Kab. Batubara, Kubah Mariam di kab. Batubara dan lain-lainnya.
Pemerintah
Prov. Sumatera Utara harus lebih jeli lagi dalam melihat dan mengembangkan
potensi di daerah-daerah yang ada di Smuatera Utara, karena jika suatu daerah
memiliki potensi alam yang layak dijadikan tempat wisata atau daerah tersebut
bukan hanya memiliki potensi alam yang indah akan tetapi juga memiliki nilai
sejarah, budaya, maka bisa dipastikan pendapatan daerah itu akan besar dan
pastinya juga pemerintah Sumatera Utara juga yang akan menerima hasilnya.
B.
Lokasi Pariwisata Belum Terpublikasi (Kuba Mariam /
Datuk) Di Kab. Batubara
Kabupaten batu bara adalah
salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. DPR
telah menyetujui rancangan pembentukannya tanggal 8 Desember 2006 dan
diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 15 Juni 2007. Bupati pertama pada saat
itu Drs. H. Sofyan Nasution, S.H. Kabupaten ini merupakan bagian dari pemekaran
kabupaten Asahan, kabupaten batu bara juga menjadi salah satu dari 16 kabupaten
yang dimekarkan pada tahun 2006. Bandara yang terdekat adalah Bandara Kuala
Namu. Penduduk yang bermukim di kabupaten batubara umumnya beretnis melayu (
mendominasi sekitar 43 dari total penduduk), kemudian diikuti oleh orang jawa
dan batak . Mandailing merupakan subetnis batak yang paling banyak bermukim
disini (Usman Pelly, 1984).
Pada abad ke-18 Minangkabau
banyak ditemui disini batubara telah menjadi pangkalan para pengusaha dan
perantau minangkabau yang melakukan perdagangan di Selat Malaka. Umumnya para
pedagang membawa hasil bumi dari pelalawan, siak dan jambi , batubara merupakan
koloni dagang orang-orang minang di pesisir timur sumatera. Dari lima suku asli
yang terdapat di batubara yakni lima laras, tanah datar, pesisir , lima puluh
dan suku boga , dua diantaranya terindentifikasi sebagai nama lunak di
Minangkabau yang diperkirakan tempat asal suku tersebut (Usman Pelly, ibid).
Sebagai wilayah yang memegang peran penting dari pesisir timur sumatera, batu
bara juga memiliki daya tarik sebagai tempat wisata alam bahari , budaya dan
sejarah. Dan kebetulan saya menemukan brosur unik ini dan langsung
membagikannya ke kita semua.
Di kab. Batubara ada
terdapat suatu objek wisata dan bisa dijadikan pariwisata, bukan karena
keindahan alamnya akan tetapi karena masyarakat mempercayai bahwa jika kita
melepaskan ayam atau mandi di tempat itu maka penyakit yang ada pada orang itu
akan sembuh. Bahkan ada juga yang mempercayai bahwa kalau mau tahu jodohnya
masih dekat atau masih jauh dia harus mengambil batang dari pohon kelapa dan
mengukur dengan kedua tangannya. Hal inilah yang menyebabkan tempat ini selalu
dipadati oleh masyarakat setempat khususnya ketika hari-hari libur dan hari –
hari lainnya jika ada keperluan. Kuba Mariam (sebutan yang sering
diucapkan masyarakat) Terletak di Kuala Gunung , Lima Puluh Kota . Dianggap
sebagai tempat asal-muasal nama Batu Bara . Lokasi ini dipercaya menjadi tempat
bara dari batu yang membara pada malam hari dan sekaligus dijadikan nama daerah
dan tanda ( kubah Datuk Batu bara) . Nilai wisata ditempat ini lebih condong ke
wisata sejarah yang dikombinasikan dengan wisata religi. Pengalaman pribadi
penulis juga menjadi isi dari makalah ini, pada saat saya masih duduk di
Sekolah Dasar (lupa dikelas berapa dan umur berapa) kami berkunjung ke Kuba
Mariam dengan menyewa 1 angkutan, setibanya disana saya yang dalam keadaan mual
melihat keramaian orang-orang ditempat itu dengan berbagai tujuan dan prilaku.
Ada dua mariam yang di tutupi dengan selendang kuning berpondokan batu, banyak
terlihat orang-orang duduk disamping mariam itu sambil berdoa, berfoto dan
lain-lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Usman Pelly, Sejarah
sosial daerah Sumatera Utara, Kotamadya Medan, 1984
Tidak ada komentar:
Posting Komentar