Jumat, 11 November 2016

MUSEUM KOTA CHINA “PENGEMBANGAN KULINER KHAS CHINA”

MUSEUM KOTA CHINA
“PENGEMBANGAN KULINER KHAS CHINA”

A.      Sejarah Kota China
Tabir tentang situs kota kuno yang menggambarkan bandar perniagaan internasional di utara Kota Medan sekitar abad XII-XVI atau antara tahun 1200-an sampai 1600-an masehi terus diungkap dalam aktivitas arkeologi. Tapi sayang, bukti-bukti sejarah yang harus digali masih banyak yang menilainya murah. terlihat dari kondisi Situs Kota China di Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan yang cukup memprihatinkan. Padahal situs ini merupakan peninggalan sejarah berkelas dunia. Bahkan dimungkinkan memiliki benang merah dengan sejumlah kerajaan besar di Nusantara, seperti halnya Kerajaan Majapahit (1293-1500 M) dan masa kejayaan negeri bahari Kerajaan Sriwijaya (abad ke 7 sampai ke 13). Namun alat bukti peradaban masa lalu yang nilainya sangat tinggi tersebut serasa diabaikan. Akses ke wilayah situs ini masih berupa jalan tanah yang tidak diaspal, ke arah utara melalui sawah padi dari jalan kecil yang menghubungkan Titipapan, sebuah kampung yang tepat berada di selatan Labuhan Deli pada jalan utama Medan-Belawan dan Hamparan Perak.
Perkampungan di situs bersejarah tersebut, kini sudah banyak berdiri rumah-rumah permanen. Penduduknya juga mayoritas dihuni suku Melayu. Sekitar tahun 70 hingga 80-an pernah dihuni mayoritas suku Banjar. “Kalau dulu, cerita dari mulut ke mulut, di sini mayoritas China. Tapi sekarang hanya tinggal satu kepala keluarga saja. Itu pun menyewa rumah di sini,” pungkas salah satu tokoh masyarakat sekitar Marzan. Bekas-bekas penggalian atau ekskavasi yang dilakukan sejumlah peneliti terlihat dibiarkan menjadi kolam air payau dan bersemak. Salah satu contohnya terlihat di belakang rumah Mak Kaya. “Dulu di sini, mereka menggali hampir dua meter.Luas galian sekitar 4x 5 meter. Tapi setelah selesai digali dibiarkan begitu saja,” ujarnya. Bekas penggalian yang terawat baik, hanya tampak di halaman depan Museum Situs Kota Cina, satu lagi di sebelah belakangnya. Penjaga Museum Situs Kota Cina Ade menyebutkan lahan bekas galian yang  sekarang berada di halaman depan museum tersebut merupakan hasil ekskavasi tahun 2012.Dari hasil penggalian ditemukan tulang belulang, gading dan bekas perahu kuno.
Walikota Medan Rahudman Harahap turut serta menyaksikan langsung penggalian waktu itu,” katanya. Sedangkan di sebelah belakang, kini dibangun Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) menjadi kolam ikan. Dari hasil penggaliannya menemukan sejumlah arca patung Budha. Pihak Pussis Unimed, Badan Arkeologi Medan bekerja sama dengan peneliti/arkeologi asing, sekitar Maret 2013  menemukan sejumlah batu bata, kemungkinan merupakan dasar bangunan candi ataupun cikal bakal sebuah istana.
Posisi penggalian pada Maret 2013 persis di belakang vihara Budha Sekilas bercerita soal berdirinya Museum Situs Kota China, menurut Ade dibangun tahun 2010. Berdiri persis di sisi bantaran sungai kecil yang berhulu ke arah laut Selat Malaka. Ukuran bangunannya sekira 5 x 10 meter menghadap sebuah jalan. Museum dibangun Pussis Unimed bekerjasama dengan Badan Arkeologi Medan dan Pemerintah Kota Medan. Tujuannya untuk tempat penyimpanan benda-benda kunohasil penemuan dari  penelitian dan penggalian yang dilakukan Pussis Unimed, Badan Arkeologi Medan serta arkeolog, peneliti asal Prancis, Kanada dan Jerman. Barang-barang yang ada di sini, berupa benda atau bukti sejarah lainnya yang berhasil digali sejak tahun 1970-an, hingga penggalian terakhir bulan Maret 2013.
Kepala Pussis Unimed Dr (Phil) Ichwan Azhari MS mengakui minimnya perhatian terhadap situs-situs sejarah di Sumatera Utara. Ia menyebut dalam komentar dan karya tulisnya, umumnya tidak terawat sehingga menghadapi kerusakan. Hal ini akibat eksploitasi penduduk dan pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya seperti pertanian, perumahan, dan kegiatan penduduk lainnya. Ancaman kerusakan situs-situs sejarah menurutnya, berawal dari rendahnya apresiasi masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya keberadaan situs-situs sejarah. Hal ini disebabkan masyarakat dan pemerintah tidak merasakan manfaat langsung dari keberadaan situs-situs tersebut. Manfaat langsung selama ini umumnya hanya dinilai dari manfaat ekonomi saja. Sehingga masyarakat cenderung menggunakan areal situs bersejarah untuk kegiatan lain yang dinilai lebih menguntungkan. Seorang Konsultan Bangunan Bersejarah (Heritage Consultant) di Kota Medan, Ir Soehardi Hartono MSc pernah mengungkapkan, berlapisnya kekayaan dalam satu situs bersejarah dan harus dilindungi. Baik itu berupa kekayaan nyata (tangible assets) maupun kekayaan yang tidak nyata (intangible assets).

B.       Pengembangan Kuliner Khas China
Dewasa ini situs Kota China sudah dijadikan Museum Kota China oleh Dr. Phil Ikhwan, MS beliau menjadi pelopor, dan pengelola Museum Kota China tersebut. Setiap hari di Museum itu dipenuhi generasi-generasi intelektual dari mulai anak-anak sekolah sampai kepada mahasiswa, semuanya terlihat antusia dalam mengamati peninggalan-peninggalan Kota China dahulunya. Namun ada satu hal yang perlu dikembangkan dari Museum Kota China yaitu Kuliner Khas China, dari pengamatan penulis terhadap Museum Kota China masih terlalu minim atau bahkan tidak ada tempat makanan baik itu makanan lokal maupun makanan khas china. Pengembangan museum Kota China dengan menyediakan makanan khas china akan lebih mengenalkan museum tersebut ketingkat Nasional bahkan ketingkat Internasional. Di kota Medan umumnya sudah banyak dihuni oleh etnis China, dengan kata lain untuk penyediaan makanan khas China akan berpeluang besar bagi kemajuan Museum Kota China itu sendiri. Museum Kota China dengan benda-benda peninggalan nenek moyang China sudah menjadi daya tarika bagi etnis china sendiri untuk mengunjunginya, akan tetapi jika dilihat dari fasilitas museum tersebut kemungkinan besar etnis China khususnya di medan tidak akan tertarika untuk datang kedua kalinya ke museum tersebut. Akan tetapi jika museum tersebut menyediakan makanan khas China (bagi yang muslim harus halal) maka kemungkinan besar bahkan bisa dipastikan setiap orang etnis China datang ke medan maka mereka akan merasa wajib berkunjung ke Museum Kota China yang berada di Medan Marelan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA I.          Latar Belakang Atok ego keturunan dari raja ai...