Jumat, 11 November 2016

MENIMBULKAN BUDAYA GUANXI DALAM MENGHADAPI MEA 2016 DI KOTA MEDAN (STUDI KAJIAN ANTROPOLOGI EKONOMI DAN KORPORASI)

MENIMBULKAN BUDAYA GUANXI DALAM
MENGHADAPI MEA 2016 DI KOTA MEDAN
(STUDI KAJIAN ANTROPOLOGI EKONOMI DAN KORPORASI)
OLEH ISMAIL

A.      Pendahuluan
Diresmikannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan dimulai dari 1 januari 2016 membuat Indonesia sibuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk bersaing kepada masyarakat asing dalam perputaran perekonomian. MEA merupakan salah satu langkah bangsa Indonesia untuk memajukan perekonomiannya, dengan dibukanya MEA peluang produk-produk asli Indonesia akan lebih diminati oleh warga negara asing. Namun walaupun begitu, Indonesia punya tugas yang besar yaitu mempersiapkan masyarakat Indonesia untuk mampu bersaing dengan masyarakat asing. Dewasa ini di Indonesia, perekonomian masih dikuasai oleh etnis China pada umumnya. Etnis China yang sifatnya saling membantu sesama mereka, menjadikan mereka kuat dan mampu menguasai sektor dalam bidang ekonomi bahkan etnis China mampu menguasai sektor perekonomian dunia.
Rahasia kesuksesan China dalam perekonomian (bisnis) dikarenakan adanya ideologi yang sudah tertanam sejak zaman kuno pada China yang disebut mereka dengan istilah “Guanxi”. Davies et al (1995) menerjemahkan bahwa guanxi  adalah “hubungan spesial” atau “koneksi”. Man dan Cheng (1996) mengatakan seorang individu akan jatuh kedalam jaring guanxi alami dalam  proses sosialisasinya setelah ia dilahirkan. Jika setiap individu menyelami posisinya, harmonisasi sosial pun dapat tercapai di seluruh daratan Cina yang luas. Teori hirarki sosial ini telah membuat hampir semua penguasa Cina mengadopsi Confusianisme sebagai sebuah strategi untuk mencapai stabilitas sosial di daratan Cina yang luas. (spocjournal.com)
Guanxi merupakan jaringan, koneksi, hubungan sepesial, kekeluargaan yang ditanam di dalam pikiran etnis China sejak lahir hingga dewasa. Dewasa ini guanxi banyak digunakan China dalam hubungan bisnis atau perdagangan dengan memanfaatkannya sebagai relasi untuk saling membantu apa yang diperlukan orang China tersebut, makanya tidak heran jika kepercayaan sesama orang China tetap kokoh dan  bertahan sampai sekarang ini. Dalam perakteknya jika sesama orang China melakukan transaksi maka cukup dengan selembar kertas tima rokok (istilah sebutan penulis), mereka tidak perlu memberikan jaminan barang yang berharga kepada China lainnya.
B.       Defenisi Dan Sejarah Guanxi
Guangxi adalah salah satu daerah otonomi di Republik Rakyat Tiongkok untuk suku Zhuang. Selain suku Zhuang, ada puluhan suku minoritas yang diakui di RRT bermukim di daerah ini. (wikipedia.org) Guanxi merupakan salah satu dinamika utama di dalam masyarakat China dimana perilaku bisnis terlibat di dalamnya. Secara luas diakui bahwa guanxi merupakan faktor kunci sukses dalam menyelesaikan segala sesuatu yang penting di China, termasuk prestasi bisnis perusahaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa denyut kehidupan di negara tersebut baik ekonomi makro maupun bisnis mikronya adalah jaringan guanxi (guanxi network). Bisnis apapun, baik perusahaan lokal, investor maupun pemasar asing, tidak mungkin dapat menghindari guanxi network. Tidak ada perusahaan di China yang mampu untuk berjalan jauh kecuali dengan memiliki guanxi yang kuat dalam operasi bisnisnya. (ugm.ac.id)
Luo Yadong  (1997)"The Chinese word 'guanxi' refers to the concept of drawing on connections in order to secure favors in personal relations. It is an intricate and pervasive relational network which Chinese cultivate energetically, subtly, and imaginatively. It contains implicit mutual obligation, assurance and understanding, and governs Chinese attitudes toward long-term social and business relationships.
Istilah guanxi secara umum diterjemahkan sebagai “hubungan spesial” atau “koneksi” (Davies et al., 1995). Ia dikembangkan dengan kecerdasan, kreatifitas, serta dilengkapi dengan fleksibilitas (Leung dan Yeung, 1995). Konsep guanxi diam-diam tertanam didalam filsafat Confusius dan ia secara halus menetapkan kode moral Cina (Fock dan Woo, 1998). Teori hirarki sosial Confusius, yakni lima hubungan: kaisar-subyek, ayah – anak, suami – istri, saudara –saudara, teman – teman (diucapkan wu lun dalam bahasa Cina) mengabadikan pengaruhnya dalam kehidupan Cina modern (Yau, 1994; King, 1993; Buttery dan Leung, 1998). Seorang individu akan jatuh kedalam jaring guanxi alami dalam  proses sosialisasinya setelah ia dilahirkan. Jika setiap individu menyelami posisinya, harmonisasi sosial pun dapat tercapai di seluruh daratan Cina yang luas. Teori hirarki sosial ini telah membuat hampir semua penguasa Cina mengadopsi Confusianisme sebagai sebuah strategi untuk mencapai stabilitas sosial di daratan Cina yang luas (Man dan Cheng, 1996). (spocjournal.com)
Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi terletak di bagian selatan daratan Tiongkok, areal total daratannya 236,7 ribu kilometer persegi, menempati 2,5% dari areal total Tiongkok, bagian barat dayanya berbatasan dengan Vietnam, garis perbatasan darat 1,020 kilometer. Pada tahun 214 Sebelum Masehi, Kaisar Shihuangdi mendirikan 3 keresidenan, yaitu Guilin, Nanhai dan Xiangjun, sebagian besar daerah Guangxi di bawah yurisdiksi di Keresidenan Guilin. Pada Dinasti Song ( 960-1279 Masehi ), Guangxi tergolong jalan barat Guangnan, maka dinamakan Jalan Guangxi ( xi, berarti barat ), inilah asal usul nama Guangxi. Pada tanggal 5 Maret Tahun 1958, didirikan Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, dengan ibukotanya di Nanning. Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi berpenduduk 48 juta orang, 12 etnis bermukim di daerah itu, antara lain etnis-etnis Zhuang, Han, Yao, Miao Dong, Mulao, Maonan, Hui dan Shui. Guangxi adalah daerah otonom yang penduduk etnis minoritasnya paling banyak di Tiongkok, di antaranya penduduk etnis Zhuang tercatat 16 juta orang. Guangxi kaya dengan sumber maritim, jenis ikan yang sudah diketahui tercatat 500 lebih. Teluk Beibu adalah tempat penghasil mutiara yang terkenal di dunia, butir-butir mutiara bulat putih bersih dan berkilauan. Guangxi juga adalah salah satu daerah besar sumber wisata di Tiongkok, di mana terdapat pegunungan dan sungai di Guilin dan Yangshuo, kelompok parit alam di Baise, pesisir di Beihai dan air terjun di Detian. (indonesian.cri.cn)
            Guangxi sudah dibangun 5 jalan arteri kereta api dan 7 jalan kereta api lokal di dalam wilayahnya, jalan raya menjulur ke segala penjuru, jaringan jalan bebas hambatan mencakup 1,000 kilometer. Di Guangxi terdapat 5 bandar udara antara lain di kota-kota Guilin, Nanning dan Beihai, dengan membuka lin penerbangan 106 buah. Kapasitas bongkar muat di 3 pelabuhan besar di Beihai, Fangcheng dan Qinzhou tercatat 20 juta ton setiap tahun. ASEAN sudah menjadi mitra perdagangan terbesar dan daerah sumber investasi kedua besar Guangxi. Jumlah total perdagangan ekspor dan impor Guangxi dengan ASEAN pada tahun 2003 tercatat 830 juta dolar Amerika, 10 negara anggota ASEAN mendirikan 342 perusahaan berbagai jenis di Guangxi, volume modal asing yang dikontrak tercatat 1 miliar 150 juta dolar Amerika. (indonesian.cri.cn)
            Guanxi merupakan kepercayaan suku Zhuang di China yang dibangun sejak zaman kuno China sesama etnis China. Istilah guanxi hanya dipakai oleh etnis China dan berlaku hanya pada etnis China saja dan tidak berlaku bagi etnis di luar China. Dewasa ini guanxi banyak digunakan dalam dunia bisnis oleh China, etnis China yang hanya bergerak dibidang ekonomi membuat etnis China menguasai sektor perekonomian dengan adanya guanxi yang telah terbangun sejak di sekolah, di masyarakat, dan di dalam keluarga. Guanxi pada dasarnya kepercayaan sesama etnis China, serta membantu sesama etnis China yang sudah lama tertanam diparadigma mereka dan dijaga keutuhannya.
Berita banjir produk dari China masih terus masuk. Yang selalu menjadi pertanyaan adalah ”mengapa” China mampu menghasilkan produk sedemikian banyak, bagus, dan murah. Tulisan ”Memahami ’Sayap’ Perdagangan China” (Kompas, 7/3/2006) adalah salah satu contohnya. Ada hal yang menarik dari tulisan ini. Dikatakan, sebab penting kehebatan China adalah karena ”jaring laba-laba” keluarga. Pedagang-pedagang dari China berhasil menembus pasar karena memanfaatkan jaring-jaring ini ”baik di dalam negeri maupun di luar negeri”. Lalu dikatakan, ”Umumnya orang China begitu erat rasa persaudaraannya. Nama marga mempererat persatuan dan amat membuka peluang kerja sama. Tak heran, orang China hanya memercayakan usahanya kepada bangsanya sendiri. Argumen seperti ini sering dikemukakan banyak penulis. Penanam modal terbesar di China bukan orang dari Jepang atau Amerika, tetapi ”orang China perantauan” (overseas Chinese). Siapa mereka? Mereka adalah orang China dari Taiwan dan Hongkong. Belum jelas, apakah orang China Asia Tenggara juga membawa modalnya ke China dalam jumlah besar. Cultural proximity ini sering dipakai untuk menjelaskan mengapa modal dari Taiwan dan Hongkong masuk daratan China. Selain itu, dilontarkan argumen tambahan, yaitu pengusaha China sedemikian ”percaya” satu sama lain. ”Artinya, konsumen tinggal menghubungi via telepon dan pedagang dengan cepat mengirim barang sesuai pesanan. Kejujuran dipegang teguh meski konsumen belum memberikan uangnya”. Pernyataan ini harus dikoreksi: bukan antara pedagang dan konsumen, tetapi antarpedagang, ada saling percaya, terutama dalam hal kredit. Pengusaha China terkenal karena trust yang tinggi sehingga mereka dapat merebut peluang sekecil apa pun. Pada saat ada kesempatan dan modal yang diperoleh dengan cepat, mereka segera merebut kesempatan itu.
C.      Guanxi Dalam Strategi Bisnis
Menurut, survei ini, para negosiator bisnis asing dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Si pelindung, si bijak, dan si pemberani. Setiap kelompok menunjukkan persepsinya yang unik terhadap keempat faktor yang adalah faktor oportunisme, kedinamikan, interaksi bisnis, dan proteksionisme. Perbedaan persepsi terhadap empat faktor ini mempengaruhi interaksi tatap muka dari para negosiator asing dengan partner bisnis Cina mereka dalam hal jarak serta biaya transaksi psikologis. Contohnya, seorang pelindung bekerja keras untuk membangun jaringan guanxi di Cina, tetapi ia kurang begitu aktif mencari kesempatan-kesempatan bisnis. Mereka juga menempatkan suatu tindakan protektif yang malah bisa menimbulkan jarak psikis yang lebih besar diantara diri mereka dengan partner Cina mereka. Profil karakter seperti ini bisa membuat sang partner bisnis memandang mereka sebagai orang luar, dan biaya transaksinya pun – setidaknya dari sudut pandang psikologis – bisa menjadi sangat tinggi, karena si partner bisnis Cina harus menghabiskan banyak waktu untuk bisa memahami maksud atau niatan bisnis mereka. Sebagai hasilnya, bahkan transaksi bisnis pun bisa-bisa tidak terjadi. (spocjournal.com)
ASEAN sudah menjadi mitra perdagangan terbesar dan daerah sumber investasi kedua besar Guangxi. Jumlah total perdagangan ekspor dan impor Guangxi dengan ASEAN pada tahun 2003 tercatat 830 juta dolar Amerika, 10 negara anggota ASEAN mendirikan 342 perusahaan berbagai jenis di Guangxi, volume modal asing yang dikontrak tercatat 1 miliar 150 juta dolar Amerika. (indonesian.cri.cn)
Guanxi dalam peraktek orang China dilakukan dengan saling membantu kepada China lainnya. seperti halnya di negara-negara lain, di Indonesia juga etnis China memanfaatkan guanxi dalam menguasai perekonomian di Indonesia. Jumat (19/6/2015), Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI menerima knjungan dari Guanxi Academy of Social Science. Bertempat di Ruang Nurani, Gedung A, Kampus FISIP UI Depok, hadir sebagai ketua delegasi dari Guanxi Academy of Social Science. Tujuan utama dalam kunjungan tersebut adalah dalam upaya menjalin kerja sama erat di bidang akademik dengan Universitas Indonesia, khususnya dengan Fakukltas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Adapun  maksud kunjungan ini secara spesifik adalah dalam rangka mengundang secara khusus para guru besar dan pada pengajar FISIP UI untuk hadir pada rangkaian kegiatan “The China ASEAN Expo (CAEXPO) yang akan berlangsung Nanning, Guanxi, China pada semptember 2015. Huang Zhiyong menyambut baik usulan ini. Ia menambahkan sebagai bentuk kerja sama dapat diselenggarakan kolaborasi internasional tentang bidang akademik yang bisa dikaji, misalnya tahun ini mengkaji penelitian tentang Penyelarasan Jalur Maritim dan Poros Maritim Indonesia. (fisip.ui.ac.id/)
Peng Qinghua, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Cina Provinsi Guangxi, mengatakan untuk meningkatkan kerja sama kedua negara maka terjadi kesepakatan untuk bisa berinvestasi membangun kawasan-kawasan atau zona ekonomi di kedua negara. Kesepakatan tersebut memberikan kemudahan kedua negara dan pebisnis antar negara untuk bisa membangun kawasan ekonomi seperti di Bekasi, Indonesia dan di Guangxi, China. Pembangunan tersebut juga mendorong peningkatan konektifitas antar kedua negara dalam meningkatkan ekonomi. Peter Charles Paire O'neil, Perdana Menteri Papua New Guinea, mengatakan untuk mendukung peningkatan perdagangan kedua negara, pihaknya sepakat untuk memperbaiki gerbang perbatasan antar kedua negara. Selain itu, untuk meningkatkan investasi, China siap memberikan dukungan khususnya bagi sektor swasta Indonesia. (kemenperin.go.id)



D.       Guanxi Dalam Peraktek Bisinis
Survei kami mengungkapkan bahwa ketiga kelompok negosiator bisnis Hong Kong, tidak peduli apapun pendekatan guanxi mereka, tidak menampilkan perbedaan konsep apapun tentang “memberi bantuan” kepada partner Cina mereka. Ini mungkin dikarenakan mereka semua menyadari potensi bahaya yang bisa timbul dari “memberi bantuan” untuk urusan partner Cina mereka karena kurangnya pengetahuan mereka dibidang politik dan hukum di Cina daratan. Oleh karena itu, berdasarkan survei ini, penulis menyimpulkan bahwa praktek guanxi oleh negosiator asing adalah etis sifatnya. Namun, ada bukti-bukti yang menunjukkanbahwa praktek guanxi oleh para negosiator Hong Kong tidaklah se-etis yang di Cina. Contohnya, salah satu orang yang diwawancarai secara mendalam menyebutkan bahwa cara perusahaannya membayarkan uang saku (atau istilah baratnya, per diem) kepada partner perusahaannya. Ia mengklaim, “Adalah ilegal saat kami membayarkan uang saku ke perusahaan partner kami di Cina daratan. Tapi ketika kami memberi uang saku ke partner Cina kami di Hong Kong, mereka tidak bisa mendapatkan kami!” Bukti-buktinya menunjukkan bahwa isu etika guanxi  sebenarnya menyesatkan, sifatnya spesifik tergantung situasi dan penanganannya tergantung pada apakah ia diijinkan dalam kerangka hukum. Bagaimanapun, perdebatan ini semestinya dipecahkan melalui penelitian-penelitian yang akan datang. (spocjournal.com)
Dalam perakteknya guanxi tidaklah sebaik yang kita tahu, hasil survei di atas didapati bahwa tiga kelompok negosiator bisnis Hong Kong tidak sembarangan dalam memberikan bantuan kepada etnis lainnya karena kurangnya pengetahuan mereka dibidang politik dan hukum di China. Begitu juga dengan patner perusahan di China yang meminta uang saku kepada perusahan patner China yang lain.
E.       Guanxi Dalam Pengamplikasian Masyarakat Medan
Masyarakat medan merupakan masyarakat multikultural yang telah banyak dihuni dari berbagai etnis yang datang dari berbagai daerah seperti etnis  Melayu, Jawa, Batak, Minang, Aceh, China, Hindia, Banjar, dan lain-lainnya. Berbagai adat dan budaya terdapat di dalam masing-masing etnis, baik yang bersifat negatif maupun positif yang kesemuanya itu mempunyai nilai dan makna tersendiri. Streotif-streotif juga menghiasi masing budaya yang ada pada setiap etnis, seperti streotif tentang Melayu pemalas, Batak gerobak pasir, Aceh pungo, Jawa katrok, dan lainnya. semua itu merupakan hiasan dalam berbagai etnis yang ada di kota Medan. Namun terlepas dari semua itu, berbagai etnis di kota Medan kecuali China perlu meniru ideologi orang China yang disebut dengan istilah “Guanxi”. Salah satu kunci kesuksesan orang China di Medan adalah guanxi, guanxi memberikan orang China relasi dan akses yang banyak.
Berbeda dengan etnis-etnis lainnya yang selalu bersaing dan saling tidak percaya serta saling menjatuhkan dalam berbisnis atau berdagang. Dari mulai memurahkan harga barang dagangannya, sampai menjelek-jelekkan pedagang lainnya. Tidak hanya itu bagi pedagang atau pembisnis yang sudah berada di atas jarang membantu pedagang-pedagang di bawahnya dan dalam transaksi juga harus memberikan jaminan agar jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai kesepatakan ganti rugi dapat dikembalikan. Dalam menghadapi MEA 2016 budaya ini perlu  dihilangkan semua etnis di Medan, karena dalam berbisnis dan berdagang kerja sama dan  kepercayaan sangat diutamakan agar tercapainya hasil yang maksimal. Etnis China dengan guanxinya telah membuktikan bahwa mereka sukses dalam menguasai perekonomian disuatu negara, jaringan yang mereka bangun sejak lahir menjadi kekuatan yang kokoh dengan menjaga kepercayaan dan membantu sesama orang China. Guanxi dalam etnis China perlu kita tiru serta kita jadikan budaya dalam menghadapi MEA 2016 nantinya, etnis-etnis selain China sudah mempunyai sifat sopan santun, ramah tamah, lemah lembut, seharusnya sifat dasar ini menjadi senjata yang kuat bagi etnis di Medan dalam menghadapi MEA 2016 nantinya. Streotif-streotif yang beredar dikalangan masyarakat tidak menjadi alasan kita untuk tidak bekerja sama dan saling percaya kepada etnis lain, akulturasi yang terjadi sudah banyak merubah streotif-streotif yang negatif tentang etnis-etnis lainnya. guanxi China harus kita jadikan budaya dalam menghadi MEA 2016, jika etnic China punya guanxi maka Jawa, Batak, Melayu, Minang, dan lainnya juga punya guanxi tersendiri.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA I.          Latar Belakang Atok ego keturunan dari raja ai...