MENIMBULKAN
BUDAYA GUANXI DALAM
MENGHADAPI MEA
2016 DI KOTA MEDAN
(STUDI KAJIAN
ANTROPOLOGI EKONOMI DAN KORPORASI)
OLEH ISMAIL
A.
Pendahuluan
Diresmikannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang
akan dimulai dari 1 januari 2016 membuat Indonesia sibuk mempersiapkan sumber
daya manusia (SDM) untuk bersaing kepada masyarakat asing dalam perputaran
perekonomian. MEA merupakan salah satu langkah bangsa Indonesia untuk memajukan
perekonomiannya, dengan dibukanya MEA peluang produk-produk asli Indonesia akan
lebih diminati oleh warga negara asing. Namun walaupun begitu, Indonesia punya
tugas yang besar yaitu mempersiapkan masyarakat Indonesia untuk mampu bersaing
dengan masyarakat asing. Dewasa ini di Indonesia, perekonomian masih dikuasai
oleh etnis China pada umumnya. Etnis China yang sifatnya saling membantu sesama
mereka, menjadikan mereka kuat dan mampu menguasai sektor dalam bidang ekonomi
bahkan etnis China mampu menguasai sektor perekonomian dunia.
Rahasia kesuksesan China dalam perekonomian (bisnis)
dikarenakan adanya ideologi yang sudah tertanam sejak zaman kuno pada China
yang disebut mereka dengan istilah “Guanxi”. Davies et al (1995) menerjemahkan bahwa guanxi adalah “hubungan spesial” atau “koneksi”. Man dan Cheng (1996)
mengatakan seorang individu akan jatuh kedalam jaring guanxi alami dalam proses sosialisasinya setelah ia dilahirkan.
Jika setiap individu menyelami posisinya, harmonisasi sosial pun dapat tercapai
di seluruh daratan Cina yang luas. Teori hirarki sosial ini telah membuat
hampir semua penguasa Cina mengadopsi Confusianisme sebagai sebuah strategi
untuk mencapai stabilitas sosial di daratan Cina yang luas. (spocjournal.com)
Guanxi merupakan jaringan, koneksi, hubungan
sepesial, kekeluargaan yang ditanam di dalam pikiran etnis China sejak lahir
hingga dewasa. Dewasa ini guanxi banyak digunakan China dalam hubungan bisnis
atau perdagangan dengan memanfaatkannya sebagai relasi untuk saling membantu
apa yang diperlukan orang China tersebut, makanya tidak heran jika kepercayaan
sesama orang China tetap kokoh dan
bertahan sampai sekarang ini. Dalam perakteknya jika sesama orang China
melakukan transaksi maka cukup dengan selembar kertas tima rokok (istilah sebutan
penulis), mereka tidak perlu memberikan jaminan barang yang berharga kepada
China lainnya.
B.
Defenisi
Dan Sejarah Guanxi
Guangxi adalah
salah satu daerah otonomi di Republik Rakyat Tiongkok untuk suku
Zhuang. Selain suku
Zhuang, ada puluhan suku minoritas yang diakui di RRT bermukim di daerah ini. (wikipedia.org) Guanxi merupakan salah satu
dinamika utama di dalam masyarakat China dimana perilaku bisnis terlibat di
dalamnya. Secara luas diakui bahwa guanxi merupakan faktor kunci sukses dalam
menyelesaikan segala sesuatu yang penting di China, termasuk prestasi bisnis
perusahaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa denyut kehidupan di negara tersebut
baik ekonomi makro maupun bisnis mikronya adalah jaringan guanxi (guanxi
network). Bisnis apapun, baik perusahaan lokal, investor maupun pemasar asing,
tidak mungkin dapat menghindari guanxi network. Tidak ada perusahaan di China
yang mampu untuk berjalan jauh kecuali dengan memiliki guanxi yang kuat dalam
operasi bisnisnya. (ugm.ac.id)
Luo
Yadong (1997)"The
Chinese word 'guanxi' refers to the concept of drawing on connections in order
to secure favors in personal relations. It is an intricate and pervasive
relational network which Chinese cultivate energetically, subtly, and
imaginatively. It contains implicit mutual obligation, assurance and understanding,
and governs Chinese attitudes toward long-term social and business
relationships.”
Istilah guanxi secara umum diterjemahkan sebagai
“hubungan spesial” atau “koneksi” (Davies et al., 1995). Ia dikembangkan dengan
kecerdasan, kreatifitas, serta dilengkapi dengan fleksibilitas (Leung dan
Yeung, 1995). Konsep guanxi diam-diam tertanam didalam filsafat Confusius dan
ia secara halus menetapkan kode moral Cina (Fock dan Woo, 1998). Teori hirarki
sosial Confusius, yakni lima hubungan: kaisar-subyek, ayah – anak, suami –
istri, saudara –saudara, teman – teman (diucapkan wu lun dalam bahasa Cina)
mengabadikan pengaruhnya dalam kehidupan Cina modern (Yau, 1994; King, 1993;
Buttery dan Leung, 1998). Seorang individu akan jatuh kedalam jaring guanxi
alami dalam proses sosialisasinya
setelah ia dilahirkan. Jika setiap individu menyelami posisinya, harmonisasi
sosial pun dapat tercapai di seluruh daratan Cina yang luas. Teori hirarki
sosial ini telah membuat hampir semua penguasa Cina mengadopsi Confusianisme sebagai
sebuah strategi untuk mencapai stabilitas sosial di daratan Cina yang luas (Man
dan Cheng, 1996). (spocjournal.com)
Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi terletak di
bagian selatan daratan Tiongkok, areal total daratannya 236,7 ribu kilometer
persegi, menempati 2,5% dari areal total Tiongkok, bagian barat dayanya
berbatasan dengan Vietnam, garis perbatasan darat 1,020 kilometer. Pada tahun 214 Sebelum Masehi, Kaisar Shihuangdi
mendirikan 3 keresidenan, yaitu Guilin, Nanhai dan Xiangjun, sebagian besar daerah
Guangxi di bawah yurisdiksi di Keresidenan Guilin. Pada Dinasti Song ( 960-1279
Masehi ), Guangxi tergolong jalan barat Guangnan, maka dinamakan Jalan Guangxi
( xi, berarti barat ), inilah asal usul nama Guangxi. Pada tanggal 5 Maret
Tahun 1958, didirikan Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, dengan ibukotanya di
Nanning. Daerah
Otonom Etnis Zhuang Guangxi berpenduduk 48 juta orang, 12 etnis bermukim di
daerah itu, antara lain etnis-etnis Zhuang, Han, Yao, Miao Dong, Mulao, Maonan,
Hui dan Shui. Guangxi adalah daerah otonom yang penduduk etnis minoritasnya
paling banyak di Tiongkok, di antaranya penduduk etnis Zhuang tercatat 16 juta
orang. Guangxi kaya dengan sumber maritim, jenis ikan
yang sudah diketahui tercatat 500 lebih. Teluk Beibu adalah tempat penghasil
mutiara yang terkenal di dunia, butir-butir mutiara bulat putih bersih dan
berkilauan. Guangxi juga adalah salah satu daerah besar sumber wisata di
Tiongkok, di mana terdapat pegunungan dan sungai di Guilin dan Yangshuo,
kelompok parit alam di Baise, pesisir di Beihai dan air terjun di Detian. (indonesian.cri.cn)
Guangxi
sudah dibangun 5 jalan arteri kereta api dan 7 jalan kereta api lokal di dalam
wilayahnya, jalan raya menjulur ke segala penjuru, jaringan jalan bebas
hambatan mencakup 1,000 kilometer. Di Guangxi terdapat 5 bandar udara antara lain di kota-kota
Guilin, Nanning dan Beihai, dengan membuka lin penerbangan 106 buah. Kapasitas
bongkar muat di 3 pelabuhan besar di Beihai, Fangcheng dan Qinzhou tercatat 20
juta ton setiap tahun. ASEAN sudah menjadi mitra perdagangan terbesar dan
daerah sumber investasi kedua besar Guangxi. Jumlah total perdagangan ekspor
dan impor Guangxi dengan ASEAN pada tahun 2003 tercatat 830 juta dolar Amerika,
10 negara anggota ASEAN mendirikan 342 perusahaan berbagai jenis di Guangxi,
volume modal asing yang dikontrak tercatat 1 miliar 150 juta dolar Amerika. (indonesian.cri.cn)
Guanxi merupakan kepercayaan suku
Zhuang di China yang dibangun sejak zaman kuno China sesama etnis China.
Istilah guanxi hanya dipakai oleh etnis China dan berlaku hanya pada etnis
China saja dan tidak berlaku bagi etnis di luar China. Dewasa ini guanxi banyak
digunakan dalam dunia bisnis oleh China, etnis China yang hanya bergerak
dibidang ekonomi membuat etnis China menguasai sektor perekonomian dengan
adanya guanxi yang telah terbangun sejak di sekolah, di masyarakat, dan di
dalam keluarga. Guanxi pada dasarnya kepercayaan sesama etnis China, serta
membantu sesama etnis China yang sudah lama tertanam diparadigma mereka dan
dijaga keutuhannya.
Berita banjir produk dari China
masih terus masuk. Yang selalu menjadi pertanyaan adalah ”mengapa” China mampu
menghasilkan produk sedemikian banyak, bagus, dan murah. Tulisan ”Memahami
’Sayap’ Perdagangan China” (Kompas, 7/3/2006) adalah salah satu contohnya. Ada
hal yang menarik dari tulisan ini. Dikatakan, sebab penting kehebatan China
adalah karena ”jaring laba-laba” keluarga. Pedagang-pedagang dari China
berhasil menembus pasar karena memanfaatkan jaring-jaring ini ”baik di dalam
negeri maupun di luar negeri”. Lalu dikatakan, ”Umumnya orang China begitu erat
rasa persaudaraannya. Nama marga mempererat persatuan dan amat membuka peluang
kerja sama. Tak heran, orang China hanya memercayakan usahanya kepada bangsanya
sendiri. Argumen seperti ini sering dikemukakan banyak penulis. Penanam modal
terbesar di China bukan orang dari Jepang atau Amerika, tetapi ”orang China
perantauan” (overseas Chinese). Siapa mereka? Mereka adalah orang China dari
Taiwan dan Hongkong. Belum jelas, apakah orang China Asia Tenggara juga membawa
modalnya ke China dalam jumlah besar. Cultural proximity ini sering dipakai
untuk menjelaskan mengapa modal dari Taiwan dan Hongkong masuk daratan China.
Selain itu, dilontarkan argumen tambahan, yaitu pengusaha China sedemikian ”percaya”
satu sama lain. ”Artinya, konsumen tinggal menghubungi via telepon dan pedagang
dengan cepat mengirim barang sesuai pesanan. Kejujuran dipegang teguh meski
konsumen belum memberikan uangnya”. Pernyataan ini harus dikoreksi: bukan
antara pedagang dan konsumen, tetapi antarpedagang, ada saling percaya,
terutama dalam hal kredit. Pengusaha China terkenal karena trust yang tinggi
sehingga mereka dapat merebut peluang sekecil apa pun. Pada saat ada kesempatan
dan modal yang diperoleh dengan cepat, mereka segera merebut kesempatan itu.
C.
Guanxi Dalam Strategi
Bisnis
Menurut,
survei ini, para negosiator bisnis asing dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Si
pelindung, si bijak, dan si pemberani. Setiap kelompok menunjukkan persepsinya
yang unik terhadap keempat faktor yang adalah faktor oportunisme, kedinamikan,
interaksi bisnis, dan proteksionisme. Perbedaan persepsi terhadap empat faktor
ini mempengaruhi interaksi tatap muka dari para negosiator asing dengan partner
bisnis Cina mereka dalam hal jarak serta biaya transaksi psikologis. Contohnya,
seorang pelindung bekerja keras untuk membangun jaringan guanxi di Cina, tetapi
ia kurang begitu aktif mencari kesempatan-kesempatan bisnis. Mereka juga
menempatkan suatu tindakan protektif yang malah bisa menimbulkan jarak psikis
yang lebih besar diantara diri mereka dengan partner Cina mereka. Profil
karakter seperti ini bisa membuat sang partner bisnis memandang mereka sebagai
orang luar, dan biaya transaksinya pun – setidaknya dari sudut pandang
psikologis – bisa menjadi sangat tinggi, karena si partner bisnis Cina harus
menghabiskan banyak waktu untuk bisa memahami maksud atau niatan bisnis mereka.
Sebagai hasilnya, bahkan transaksi bisnis pun bisa-bisa tidak terjadi. (spocjournal.com)
ASEAN sudah menjadi mitra perdagangan
terbesar dan daerah sumber investasi kedua besar Guangxi. Jumlah total
perdagangan ekspor dan impor Guangxi dengan ASEAN pada tahun 2003 tercatat 830
juta dolar Amerika, 10 negara anggota ASEAN mendirikan 342 perusahaan berbagai
jenis di Guangxi, volume modal asing yang dikontrak tercatat 1 miliar 150 juta
dolar Amerika. (indonesian.cri.cn)
Guanxi dalam
peraktek orang China dilakukan dengan saling membantu kepada China lainnya.
seperti halnya di negara-negara lain, di Indonesia juga etnis China memanfaatkan
guanxi dalam menguasai perekonomian di Indonesia. Jumat (19/6/2015), Departemen
Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI menerima knjungan dari Guanxi Academy of
Social Science. Bertempat di Ruang Nurani, Gedung A, Kampus FISIP UI Depok,
hadir sebagai ketua delegasi dari Guanxi Academy of Social Science. Tujuan
utama dalam kunjungan tersebut adalah dalam upaya menjalin kerja sama erat di
bidang akademik dengan Universitas Indonesia, khususnya dengan Fakukltas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Adapun maksud kunjungan ini secara spesifik adalah
dalam rangka mengundang secara khusus para guru besar dan pada pengajar FISIP
UI untuk hadir pada rangkaian kegiatan “The China ASEAN Expo (CAEXPO) yang akan
berlangsung Nanning, Guanxi, China pada semptember 2015. Huang Zhiyong
menyambut baik usulan ini. Ia menambahkan sebagai bentuk kerja sama dapat
diselenggarakan kolaborasi internasional tentang bidang akademik yang bisa
dikaji, misalnya tahun ini mengkaji penelitian tentang Penyelarasan Jalur
Maritim dan Poros Maritim Indonesia. (fisip.ui.ac.id/)
Peng
Qinghua, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Cina Provinsi Guangxi, mengatakan
untuk meningkatkan kerja sama kedua negara maka terjadi kesepakatan untuk bisa
berinvestasi membangun kawasan-kawasan atau zona ekonomi di kedua negara. Kesepakatan tersebut
memberikan kemudahan kedua negara dan pebisnis antar negara untuk bisa
membangun kawasan ekonomi seperti di Bekasi, Indonesia dan di Guangxi, China.
Pembangunan tersebut juga mendorong peningkatan konektifitas antar kedua negara
dalam meningkatkan ekonomi. Peter Charles
Paire O'neil, Perdana Menteri Papua New Guinea, mengatakan untuk mendukung
peningkatan perdagangan kedua negara, pihaknya sepakat untuk memperbaiki
gerbang perbatasan antar kedua negara. Selain itu, untuk meningkatkan
investasi, China siap memberikan dukungan khususnya bagi sektor swasta
Indonesia. (kemenperin.go.id)
D.
Guanxi Dalam Peraktek Bisinis
Survei kami
mengungkapkan bahwa ketiga kelompok negosiator bisnis Hong Kong, tidak peduli
apapun pendekatan guanxi mereka, tidak menampilkan perbedaan konsep apapun
tentang “memberi bantuan” kepada partner Cina mereka. Ini mungkin dikarenakan
mereka semua menyadari potensi bahaya yang bisa timbul dari “memberi bantuan”
untuk urusan partner Cina mereka karena kurangnya pengetahuan mereka dibidang
politik dan hukum di Cina daratan. Oleh karena itu, berdasarkan survei ini,
penulis menyimpulkan bahwa praktek guanxi oleh negosiator asing adalah etis
sifatnya. Namun, ada bukti-bukti yang menunjukkanbahwa praktek guanxi oleh para
negosiator Hong Kong tidaklah se-etis yang di Cina. Contohnya, salah satu orang
yang diwawancarai secara mendalam menyebutkan bahwa cara perusahaannya
membayarkan uang saku (atau istilah baratnya, per diem) kepada partner
perusahaannya. Ia mengklaim, “Adalah ilegal saat kami membayarkan uang saku ke
perusahaan partner kami di Cina daratan. Tapi ketika kami memberi uang saku ke
partner Cina kami di Hong Kong, mereka tidak bisa mendapatkan kami!”
Bukti-buktinya menunjukkan bahwa isu etika guanxi sebenarnya menyesatkan,
sifatnya spesifik tergantung situasi dan penanganannya tergantung pada apakah
ia diijinkan dalam kerangka hukum. Bagaimanapun, perdebatan ini semestinya
dipecahkan melalui penelitian-penelitian yang akan datang. (spocjournal.com)
Dalam
perakteknya guanxi tidaklah sebaik yang kita tahu, hasil survei di atas
didapati bahwa tiga kelompok negosiator bisnis Hong Kong tidak sembarangan
dalam memberikan bantuan kepada etnis lainnya karena kurangnya pengetahuan
mereka dibidang politik dan hukum di China. Begitu juga dengan patner perusahan
di China yang meminta uang saku kepada perusahan patner China yang lain.
E.
Guanxi Dalam
Pengamplikasian Masyarakat Medan
Masyarakat
medan merupakan masyarakat multikultural yang telah banyak dihuni dari berbagai
etnis yang datang dari berbagai daerah seperti etnis Melayu, Jawa, Batak, Minang, Aceh, China, Hindia,
Banjar, dan lain-lainnya. Berbagai adat dan budaya terdapat di dalam
masing-masing etnis, baik yang bersifat negatif maupun positif yang kesemuanya
itu mempunyai nilai dan makna tersendiri. Streotif-streotif juga menghiasi
masing budaya yang ada pada setiap etnis, seperti streotif tentang Melayu
pemalas, Batak gerobak pasir, Aceh pungo, Jawa katrok, dan lainnya. semua itu
merupakan hiasan dalam berbagai etnis yang ada di kota Medan. Namun terlepas
dari semua itu, berbagai etnis di kota Medan kecuali China perlu meniru
ideologi orang China yang disebut dengan istilah “Guanxi”. Salah satu
kunci kesuksesan orang China di Medan adalah guanxi, guanxi memberikan orang
China relasi dan akses yang banyak.
Berbeda
dengan etnis-etnis lainnya yang selalu bersaing dan saling tidak percaya serta
saling menjatuhkan dalam berbisnis atau berdagang. Dari mulai memurahkan harga
barang dagangannya, sampai menjelek-jelekkan pedagang lainnya. Tidak hanya itu
bagi pedagang atau pembisnis yang sudah berada di atas jarang membantu
pedagang-pedagang di bawahnya dan dalam transaksi juga harus memberikan jaminan
agar jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai kesepatakan ganti rugi dapat
dikembalikan. Dalam menghadapi MEA 2016 budaya ini perlu dihilangkan semua etnis di Medan, karena
dalam berbisnis dan berdagang kerja sama dan kepercayaan sangat diutamakan agar tercapainya
hasil yang maksimal. Etnis China dengan guanxinya
telah membuktikan bahwa mereka sukses dalam menguasai perekonomian disuatu
negara, jaringan yang mereka bangun sejak lahir menjadi kekuatan yang kokoh
dengan menjaga kepercayaan dan membantu sesama orang China. Guanxi dalam etnis China perlu kita tiru
serta kita jadikan budaya dalam menghadapi MEA 2016 nantinya, etnis-etnis
selain China sudah mempunyai sifat sopan santun, ramah tamah, lemah lembut,
seharusnya sifat dasar ini menjadi senjata yang kuat bagi etnis di Medan dalam
menghadapi MEA 2016 nantinya. Streotif-streotif yang beredar dikalangan
masyarakat tidak menjadi alasan kita untuk tidak bekerja sama dan saling
percaya kepada etnis lain, akulturasi yang terjadi sudah banyak merubah
streotif-streotif yang negatif tentang etnis-etnis lainnya. guanxi China harus
kita jadikan budaya dalam menghadi MEA 2016, jika etnic China punya guanxi maka
Jawa, Batak, Melayu, Minang, dan lainnya juga punya guanxi tersendiri.Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar