Sabtu, 03 Desember 2016

KAMPUNG SUKU BADUI BANTEN

KAMPUNG SUKU BADUY BANTEN
OLEH: ISMAIL

Liputan6.com, Jakarta Baduy merupakan sub-etnis Sunda yang hidup berdampingan dengan alam di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Memilih hidup berdampingan dan bergantung pada alam menjadikan suku Baduy terisolasi dari kehidupan moderen. Bahkan masyarakat suku Baduy tidak mengirimkan anak-anaknya ke sekolah untuk belajar layaknya masyarakat pada umumnya.
Suku Baduy terbagi menjadi dua golongan, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada tata cara menjalankan Pikukuh atau aturan adat. Baduy Dalam masih memegang teguh Pikukuh dan menjalankannya dengan baik, sedangkan Baduy Luar sudah terpengaruh pola hidup masyarakat moderen
.
Berbeda dengan masyarakat Baduy Luar, ketatnya aturan adat pada masyarakat Baduy Dalam memaksa mereka agar tidak terkontaminasi budaya luar. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa aturan adat masyarakat Baduy Dalam melarang penggunaan barang-barang elektronik. Namun demikian, secara umum masyarakat suku Baduy masih memilih hidup tanpa listrik, tanpa alas kaki, dan tetap berjalan kaki.
Mata pencaharian utama masyarakat suku Baduy adalah bertani dan berladang. Uniknya sistem pertanian Baduy tidak mengenal alat penggarap sawah, baik yang menggunakan mesin maupun yang menggunakan kerbau. Penggunaan mesin memang tidak diperbolehkan, sementara aturan adat melarang masyarakat suku Baduy memelihara hewan berkaki empat.
Untuk menjaga kelestarian alam, masyarakat suku Baduy membangun rumah dengan menggunakan pondasi dari batu kali. Hal itupun dilakukan tanpa menggali tanah. Tak heran jika kontur tanah di pemukiman suku Baduy masih bergelombang, alami, dan tidak longsor. Bahkan demi cita-cita melestarikan dan hidup berdampingan dengan alam, ketua adat suku Baduy yang disebut dengan Pu’un melarang jual beli tanah milik adat.
Penjelasan tentang kampung Suku Baduy daerah Banten merupakan contoh salah satu prilaku masyarakat yang ekonomis, mereka memanfaatkan alam sekitar mereka untuk bertahan hidup bahkan menghasilkan lebih dari kebutuhan sehari-hari. Suku Baduy menunjukkan bahwa hidup tanpa terkontaminasi dengan hidup modern akan menjadikan mereka sejahtera bahkan kaya. Kalau dilihat dari kaca mata ekonomi kampung Suku Baduy merupakan kampung yang kaya, mereka tidak mengeluarkan duit untuk kebutuhan mereka sehari-hari dan kebutuhan lainnya, bahkan dari hasil bertani dan ladang mereka bisa menjualnya ke luar kampung dan duitnya disimpan. Belum lagi para wisatawan yang datang dari luar untuk melihat ciri khas dan budaya dari kampung Suku Baduy tersebut, banyak dari para wisatawan yang membeli hasil karya atau kerajinan tangan dari Suku Baduy.
Kunjungan yang pernah dilakukan salah satu dosen saya yaitu Dr. Phil Ikhwan Azhari, M.Si ke kampung Suku Baduy tersebut, beliau menceritakan ketika berkunjung di kampung tersebut kira-kira seperti ini:
“Ketika saya menjadi Tim Asesor di sebuah perguruan tinggi, setelah itu saya di ajak ke sebuah kampung.dipedalam, sekilas kampung itu tidak jauh berbeda dengan kampung-kampung lainnya. Ketika saya bercerita sama tokoh masyarakat setempat mereka mengatakan kalau kampung itu tidak terpengaruh dan tidak mau tersentuh oleh pemerintah, ketika itu saya mau mengambil foto masyarakat disana akan tetapi anehnya tidak ada dari mereka yang mau difotoi dan mereka seolah menghindar ketika mau saya ambil fotonya.


            Kesimpulan yang bisa diambil dari kisah Suku Baduy di kampung tersebjut adalah “Semakin jauh suatu kampung atau daerah terkontaminasi dari pihak asing/luar maka semakin makmur dan kaya kampung tersebbut”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA I.          Latar Belakang Atok ego keturunan dari raja ai...