TEORI SIKLUS
KAITANNYA “SEJARAH PERADABAN ISLAM”
Pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja,
dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan
perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses
kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar
seribu tahun. (Teori Oswald Spengler, 1880–1936)
Teori ini mencoba melihat
bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh
siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat terdapat perputaran
atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran
suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat
dihindari. Berkaitan degan teori di atas, sebuah studi tentang Sejarah
Peradaban Islam akan membuktikan apakah teori Siklus bisa dipakai atau
tidak.
Contoh:
“Sejarah Peradaban Islam”
Sejarah perjuangan umat Islam dalam
pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa
kepemimpinan Rasulullah Saw di Madienah (622-632M); Masa Daulat Khulafaur
Rasyidin (632-661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah
(750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28 Rajab
tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa
kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim
berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan
bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun,
dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali
peradaban dunia berada pada tangan umat Islam. Pada saat berjayanya
peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental dalam kehidupan
sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi
intelektual secara historis dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap al-Qur'an
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw yang kemudian dipahami, ditafsirkan
dan dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin dan para ulama yang
datang kemudian dengan merujuk pada Sunnah Nabi Muhammad saw. Era-era
peradaban Islam dari mulai terbentuknya, kemudian berjaya, dan runtuh kembali,
yaitu sebagai berikut:
1. Era Awalnya
Peradaban Islam
Kesuksesan Rasulullah Muhammad Saw
dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam
kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan pada periode Makkah (Makiyyah)
dan 10 tahun periode Madienah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang
waktu kurang dari satu generasi, dimana beliau Saw telah berhasil memegang
kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu
khususnya Romawi, Persia dan Mesir.
Seorang ahli pikir Perancis bernama
Dr. Gustave Le Bone mengatakan:
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”. Masa kerasulan Muhammad Saw pada akhir periode Madienah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”. Masa kerasulan Muhammad Saw pada akhir periode Madienah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah ayat 3).
Generasi masa itu merupakan
generasi terbaik sebagaimana firman Alloh Swt:“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Alloh”. (QS. Ali Imran ayat 110).
2. Era
Kejayaan Peradaban Islam
Awal
berlangsungya periode Daulat Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan
wilayah kekuasaan. Ekspansi wilayah yang sempat terhenti pada masa Khalifah
Utsman dan Khalifah Ali dilanjutkan kembali oleh Daulat Umayyah. Pada zaman
Muawiyah, Tunisia ditaklukkan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai
daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan
lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel.
Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah
Abdul Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil
menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya
bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab
sampai ke Maltan.
Masa Kedaulatan
Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama
dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik,
para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima
periode: (1) Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode
pengaruh Persia pertama; (2) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut
pereode pengaruh Turki pertama; (3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M),
masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode
ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua; (4) Periode Keempat (447 H/1055
M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; (5) Periode
Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad. Tidak seperti
pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan pada
penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.
Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian
cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat
itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.
Masa sepuluh
Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan)
peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.
Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah
periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang
politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada masa
sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam
terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid
adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai
ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama; senang dikritik serta sangat merindukan
nasihat terutama dari para ‘ulama.
3. Era
Runtuhnya Peradaban Islam
Pasca
berakhirnya keluasaan Daulat Abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut dengan
kepemimpinan Daulat Utsmaniyah. Daulat Utsmaniyah yang juga dikenal dengan
sebutan Kesultanan atau Kekaisaran Turki Ottoman, didirikan oleh Bani Utsman,
yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 s.d. 1923) dipimpin oleh 36
orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara
kecil.
Kesultanan ini
menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak
kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi dengan
Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya. Pada abad ke-16 dan
ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan
angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara
perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad
20. Musuh-musuh Islam membutuhkan waktu selama satu abad untuk melepaskan
ikatan ideologi Islam dari tubuh umat Islam, yang pada akhirnya tanggal 3 Maret
1924 M yang bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 1342 Hijriah, melalui Mustafa
Kemal Attaturk yang merupakan agen Inggris dan anggota Freemasonry (sebuah
organisasi Yahudi), membubarkan institusi Kekhilafahan Islam terakhir di Turki
dan menggantikannya dengan Republik Turki. Maka, sejak saat itu ideologi Islam
benar-benar terkubur ditandai dengan dihilangkannya institusi khilafah oleh
majelis nasional Turki dan diusirnya Khalifah terakhir.
Sejarah di atas menerangkan bahwa dalam sebuah peradaban dan kebudayaan
apapun itu ada istilah “Siklus”, peradaban dan kebudayaan di atas salah satu
contoh bahwa Siklus/perputaran dalam kehidupan, peradaban, dan kebudayaan
itu fakta. Dalam teori siklus diterangkan bahwa kebudayaan itu seperti
roda berputar, awalnya berada di bawah, kemudian naik ke atas, dan kembali
berada di bawah lagi. Perubahan ini bukan karena takdir akan tetapi disebabkan
oleh banyak faktor, ketika peradaban itu baru muncul dan berkembang biasanya
peradaban itu sangat berhati-hati dalam melakukan sesuatu hal, ketika peradaban
itu sudah mencapai puncak kejayaannya biasanya sering menganggap sepele dalam
melakukan sesuatu hal, sehingga pada akhirnya kemajuan peradaban itu semakin
lama semakin mengalami kemunduran. Seharusnya dengan berjayanya suatu peradaban
tidak menciptakan paradigma yang sifatnya tidak berhati-hati atau tidak
memperhatikan keadaan-keadaan yang akan menyebabkan mundurnya suatu peradaban
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar