PALUH
MERBO
A.
Cerita Pencari Kepiting/Kotam
Sabtu, 6 september 2014 pukul 10.45 wib kami mulai berangkat dari kampus
menuju pulau Palo Merbau, hingga kami sampai diperkampungan pada pukul 13.57
wib. Awal masuknya kami di pulau Palo, saya perhatikan kiri dan kanan sepanjang
memasuki perkampungan tersebut. Aku lihat disebelah kiriku diisi dengan
pemandangan tambak-tambak, dan disebelah kananku aku lihat sungai dihiasi
dengan sampan-sampan kecil. Setibanya kami dititik kumpul yang dijadikan juga
sebagai Laboratorium Unimed, seperti halnya berpariwisata masing-masing dari
kami mengambil posisi santai menikmati indahnya pemandangan laut dengan
hembusan angin sepoi-sepoi.
Aku mengambil posisi di warung Pak Kasman, yaitu salah satu Informan yang
menjadi acuan kami juga dalam mencari data. Perkenalan mulai aku dahulukan
dengan bertanya tentang situasi pinggiran pesisir, pak tangkahannya dimana pak
tanya aku. Oh tangkahannya tidak ada disini, itu di Bagan, jawab pak kasman
tanpa ragu-ragu dengan berbahasa Indonesia. Jadi disini apolah mata
pencariannyo pak, wah kalau disini banyak ado membubuh, ado mencari kerang, ada
juga belat jawab pak kasman. Oh, langsung aku potong penjelasannya dan
dilanjutkan percakapan oleh Bang Hayat. Seperti orang gelisa, aku pergi menghampiri
kawan-kawan di tempat duduknya, sampai saatnya saya melihat disebelah kiri ada
aktivitas dari para pemuda.Aku hampiri kesana dan aku lihat beberapa orang di
dalam tambak dengan jaring yang sudah terbentang di dalam air. Aku tidak heran
lagi melihat apayang dikerjakan mereka, karena aku sendiripun sudah pernah
melakukan hal seperti itu terbisik dihatiku. Sembari menunggu bang Saiful untuk
mengarahkan kami ke rumah tempat objek penelitian kami, saya bersantai sambil
melihat para pemuda itu menangkap ikan Kakap yang di dalam tambak.
Setibanya bang Saiful, kami langsung berkumpul di pondok dan mendengarkan arahan dari bang Alan. Setelah dibagi rumah masing-masing informan, kami pun langsung bergerak menuju rumah informan beserta bang Saiful dan bang Alan. Waktu demi waktu terlewati, masing-masing dari kami mempunyai aktivitas berbeda. Tanpa terasa malampun tiba, kami pergi berkumpul ke rumah pak kasman untuk mandi sarta ganti pakaian. Pukul 20.00 wib aku minta kawani dengan anaknya pak kasman yaitu sebut saja bang Arif untuk pergi ke rumah informan ku, gelapnya jalan dan sunyinya jalan membuat aku lebih banyak diam ketika diperjalanan sampai kami tiba di rumah informan tersebut. Setelah sampai bang Arif yang sudah kenal dekat langsung mengucapkan salam sambil mengetuk pintu tok tok tok bunyi ketukan. Wa’alaikum salam terdengar suara jawaban seperti orang baru bangun tidur dari dalam rumah, pintu rumahpun dibuka sambil mngucapkan masuk-masuk. Kemudian kami masuk dan dipersilakan duduk, ini ada yang perlu sama abang ucap bang Arif yang langsung menunjuk ke arah aku. Ha apo polu kata informan, ha gini bang nama saya mail saya mahasiswa Unimed adeknya bang Alan bang jawab ku dengan ekspresi gugup. Jadi maksud tujuan mail ini datang bang, dia mau meneliti ikut abang cari kepiting sambut bang Arif, oh gitu yang yang kayak mahasiswa-mahasiswa itukan untuk buat skripsi hehehe sambut informan dengan suara gembiranya.
Dengan cahaya lampu agak redup dan suara gorengan ikan di dapur membuat
ku menjadi yakin dengan informan ku satu ini, bisik ku di dalam hati sambil
tertawa bersama bang Arif dan informan ku. Suasana semakin akrab ketika aku
kasih tahu kalau aku orang Melayu dari Batu Bara di Kec. Tanjung Tiram di
Pesisir pantai. Bersenda guraupun terjadi antara aku dengan informan ku bang
Ian, seolah telah kenal lama aku memulai misi dengan melontarkan pertanyaanaku.
Aku bertanya jadi berapolah penghasilan abang perhari, dengan sedikit tersenyum
bang Ian menjawab ya kadang 200.000 perhari kadang 150.000 perhari. Mak.. besar
jugo berarti bang sambut aku, iya begitulah tapikan model orang pesisir ini istilah
baju basah diperas lagi “begitu dapat begitu habis” jawab bang Ian. Disisi lain
bang Arif memberikan tanda-tanda untuk permisi pulang dengan diam membisu, aku
pun langsung melihat ke arah bang Arif dan membilangkan ayok bang pulang kita,
ayok. Bang Arif bertanya jadi besok kemana membubu bang, jam berapa, jawab bang
Ian besok ke hutan Bakau aja biar dirasakan adek ini nyamuk-nyamuknya hahahaha
sambut ketawanya bang Ian. Mungki sekitar-sekitar jam tongah 7 gitulah jawab
bang Ian. Oh okelah bang besok mail datang jam tongah 7 kesini, jadi permisilah
kami ya bang. Assalamualaikum..
B.
Membubu Ke Hutan Bakau
Pagi jam 06.45 wib saya sampai di rumah bang Ian, terlihat istrinya bang
Ian yang menggunakan baju merah dan handuk dari kamar mandi, tidak lama
kemudian bang Ian pun keluar dengan singlet dan celana pendek dibarengi raut
wajah seperti bangun tidur. Tanpa berpikir panjang bang Ian langsung mengambil
ikan “cak bakol” untuk dibelah dan dijadikan umpan. Kclok kclok kclok bunyi
suara catukan parang membelah ikan, setelah selesai membelah kami sama-sama
mengikat umpan ke bubu dan sambil melanjutkan percakapan sampai selesai
mengikat semua umpan. Kemudian aku di ajak masuk untuk sarapan dulu sembari
menunggu air pasang, teh manis dan gorengan yang masih hangat, suara kicauan
burung dan ceritan dari kambing-kambing aku nikmati dipagi yang cerah itu. Bang
Ian adalah seorang pekerja keras, dia juga salah satu pemimpin keluarga yang
berhasil.
Selesai sarapan kami berangkat ke hutan Bakau untuk membubu, dengan
persiapan ku memakai sepatu “Tamin” sebutan dikampung ku, dan baju celana yang
panjang. Aku lihat ke arah bang Ian dan aku terkejut melihat persiapan bang Ian
memakai baju singlet, celana pendek, dan tanpa sandal. Haaaa sentak ku, abang
begitu aja perginya? Iyalah cemano lagi jawab bang Ian. Dgedek dgedek gedek
gedek bunyi suara kereta bang Ian yang siap berangkat, kami pun berangkat ke
hutan Bakau. Sesampainya disana kami turun dari kereta, aku lihat disekeliling
ku dipenuhi dengan pokok buta-buta
istilah sebutan disana dan dikampung ku. Kami pun menyeberangi titi yang
menghubungkan antara tambak, aku masih ragu dengan titi yang sebatang mau aku lewati.
Aku melihat bang Ian cepat sekali melewati titi tersebut seolah sudah terbiasa,
sedangkan aku berkaki melewatinya. Tunggu bang Ian panggil aku, bang Ian pun
senyum-senyum melihat aku berkaki 3 melewati titi itu. Bang Ian pun langsung
meletakkan bubu satu persatu dengan semangatnya, aku yang belum pernah
melakukan seperti itu cuma bisa memperhatikan dan menepuk-menepuk nyamuk yang
mulai banyak mengerumuniku. Pakkkkk..bunyi pukulan tanganku kepada nyamuk, mati
kau kan gigit juga lagi aku ucapku diikuti senyuman dari bang Ian. Kami
melanjutkan perjalanan sambil meletakkan bubu dipinggir-pinggir benteng hutan
Bakau. Bang-bang, coba aku sekali bang meletakkannya, boleh il letakkanlah
disitu, itu kayunya. Gini cara ngikatnya il, masukkan dulu kayunya habis tu
tali ini ditahan dan diikat begini, ajar bang Ian kepadaku. Satu persatu bubu
tersebut diletakkan bang Ian, diam-diam aku memperhatikan semangat seorang
bapak untuk mencari sejahtera. Sebelas bubu telah diletakkan bang Ian,
dipertengahan jalan kami berjumpa dengan salah seorang warga yang lagi membubu,
bang Ian langsung bertanya abang uda dimana aja. Abg uda sepanjang ini,
oh..jawab bang Ian seolah mengalah untuk pindah tempat bubu. Kayak gitulah il,
uda disini ada yang membubu pindahlah kita nanti gara-gara kita pula bubu dia
kosong, kata bang Ian dengan sikapnya padi berisi semakin berisi semakin
merunduk. Sambil jalan sambil meletakkan bubu dan sambil cerita-cerita, tanpa
terasa tebing hutan Bakau sudah dipenuhi dengan bubu. Kami pun berhenti duduk
sebentar dipinggiran pantai sambil menatap luasnya laut yang mengalirkan air
laut ke sungai. Il..awak dulu mulai datang kesini tahun 2004 duit yang ada
dikantong abang cuma 5 ribu rupiah, dari 5 ribu rupiah itulah awak buat bubu
tiga biji dan dapatlah duit 30 ribu, malamnya awak bubu lagi dapatlah 20 ribu.
Kemudian awak tambahi lagi bubunya jadi
5 dan dapatlah sekitar penjualan 70 ribu, itulah awak belikan modang 1 kg.
Terus ikut belat awak, cari kerang lagi dapatlah 50 ribu kali 1500/kg, begitulah
seterusnya awak beli 1 kg sampailah banyak sekarang ini, uda awak bilang dulu
cuma 2 ribu perak awak bawa kekampung ini, anak dulu minum susu SGM. Dulu awak
sebelum di sini, awak tinggal di Amparan Perak kerja pabrik kemudian pindahlah
kemari sama istri awak, duit awak bawa 2 juta lima ribu itulah beli tanah
disini satu rantai harganya 2 juta, sisalah 5 ribu perak lagi. Awak tidak enak
juge tinggal di rumah mertua baguslah rumah sendiri walaupun gubuk yang penting
rumah kita sendiri, jadi 2 tahun kami disini barulah nampak hasilnya cerita
bang Ian kepadaku. Lanjut cerita aku tunjukkan ekspresi kesorran ku, bang Ian
pun melanjutkan ceritanya. 2 tahun awak disini barulah nampak hasilnya, nanti
siang dapat 200 dari bubu, malamnya nanti dapat lagi 200 dari laut mencari
kerang dan belat, mak kencang jugo itu bang sambut aku. Besok gitu juga dapat
300, 200 simpan 100 buat belanja, besoknya itu dapat cepek limpul lagi malamnya
dapat 250 berarti 400 kan simpan 300, 100 nya untuk belanja.
Lama-lama-lama-lama, adalah orang ngontrakkan tanah 2 tahun 800 ribu,
ciut-ciut-ciut..terdengar suara burung dengan indahnya mentari pagi. Terus
disewalah 12 rantai untuk tanam padi dapat satu tanam itu 2,5 kg dapatlah
penjualan 11 juta.
Jadi ada lagi orang gadai tanah 6 rantai, gak kera sewa dipinjamnyalah
sekitar 1 juta balek kwintasi bale lagi tanah limitnya 2 tahun, habis 2 tahun
uda balekkan, duit balek tanah balek dan gak adak kera sewa. Pertama jalan kaki
awak, terus kata orang rumah kalau duit ni kita pegang nanti habis ucap
istrinya, duit ada 6 juta bagus kita beli kambing ucap bang Ian, ah usah kata
orang rumah sayang duitnya. Jadi ada orang ngontrak kolam..rupanya gak yang
punya cuma menjaga kenaklah 4 juta setahun, gak pake surat pula buatnya.oh
karena uda percaya abang sama orang itu jawab aku, haa..itulah dia orangnya pun
uda tua gak neko-neko sambung bang Ian lagi, datang yang punya dijuallah tanah
gak dapat apa-apalah awak. Marahlah orang rumah, modal nekat tu udalah kena
tokohlah, jadi orang yang nokoh tadi pergi tanya aku, tidak masih disini jawab
bang Ian, jadi tidak minta ganti rugi abg sambut aku lagi, hanguslah itu uda jawab
bang Ian. Udalah tinggallah duit 2 juta lagi, pergilah awak kelaut terus
datanglah adik ipar ngocokkan kereta, harga kereta tu 4 juta kereta shogun,
cantek kereta tu tanyak bang Ian kepada istri, cantek jawab istri jangan asal
ambek dipanjar orang rumahlah 2 juta, masih ada duit simpanan abg tanya aku?
Masih jawab bang Ian, kan sisa 2 juta lagi, kelaut-kelaut dapatlah 4 juta lebih
itu uda 2 tahun kedepannya. Jadi diambeklah sama orang rumah, awak dilaut jadi
dipakailah sebulan duduk, masukkan ke bengkel kenaklah 1 juta setengah,
wihh..ngerilah itu sambut aku…! Udalah jadikanlah pelajaran, tempo tahun depan
diocok adik ipar tu lagi kereta supra X 125 ambeklah bang cantek ne kretanya
ucap adik ipar tu, ah..tidaklah sayang duitnye, yang hari tu ajo rusak
keretanyo. Jadi awak belikanlah kekolam, 6 bulan kemudian dapatlah 27 juta,
kolamnyapun besar jugo 6 rante, sekali dinaekkan nanti kepiting tu satu goni
tong besar itu bang Saifullah yang mengambil kepiting awak, dari situlah
naeknyo bang saiful tu terkejutlah tokenya. Itu jugalah naeknya awak, habis tu
udalah ada orang gade tanah ambek-ada orang gade tanah ambek.
Ada orang PLN, bang ada kereta bang lengkap ucap orang PLN kereta ini
bang mau dijual cepat 5 juta harganya tahun 2011. Dia mau pindah ke kalimantan,
ya udalah kalau gitu awak ambil datanglah keretanya ke dalam singgahlah ke
bengkel nempel ban kereta, ditawar tukang bengkellah 8 juta samo awak uda jadi
5 juta memang, dikasihnyolah tanya aku. Tidak..jawab bang Ian, datanglah adik
ipar awak ke rumah, itulah abang aku kasih kereta bagus hari tu gak mau diambil
ucap adik iparnya, sama orang lain enak ini bon bengkel kereta kau kasih hari
tu penuh bonnya semuanya diganti, menung dia lihatnya.. Ha itu, jadi sekarang
ini kalau uda dapat duit langsung disimpanlah duitnya ke bank, gak di bawa ke
rumah untuk anak-anak sekolah. Lihatlah sekarang SPP uda berapa, SMA aje
sekarang 160 kalau nanti anak-anak ini berapa pula lagi mau 300 dari mana pula
diambek, kalau uda di bankkan lancar-lancar ajo tinggalag ditarik.
Jadi bang sekarang berapalah abang dapat satu hari? Tergantung kadang
kalau airnya sampe sini dibarengi tangannya bang Ian menunjukkan tingginya air
pasang yang pernah naek dapat 300, kalau airnya gak nyampe kemari tanya aku? Ya
minimal cepekk, 60 70 orang bubunya juga gak turun semua sambil bang Ian berdiri
seolah memberi tanda untuk melanjutkan perjalanan, akupun ikut berdiri dan kami
pun berjalan pulang sambil mengulang cerita-cerita. Itu makonyo kalau ado duit
awak belikan kekambing tidak ke omas, karena kalau omaskan tidak
betambah-tambah sedangkan kambing betambah-tambah, dari satu menjadi 3 terus
menjadi 5 lama-lama banyaklah, hehehhe iya bang sambut ketawa ku dengan rasa
bangga ingin menjadi seperti bang Ian. Ditengah perjalanan pukul 11.22 wib kami
pun berpisah, bang Ian langsung pulang ke rumah sedangkan saya pergi berkumpul
dengan teman-teman sambil makan siang, merasa lelah akupun membaringkan badan
sambil cerita sama kawan-kawan, khhokkk..khokkk..tiba terdengar di telingaku
sendiri suara itu antara sadar dan tidak sadar, eh bang mail betul-betul ngorok
abang ya langsung dengar ayu tadi. Oh iya…? Rasa terheran dalam hatiku. Eh
rupanya tanpa aku sadari aku tadi
tertidur dan langsung mengorok, khokkk-khokkk tersimpul malu dengan teman-teman
yang ada disitu...
C.
Penghasilan Bang Ian
NO
|
PENGHASILAN
|
RATA-RATA
|
||||
PER
HARI
|
PER MINGGU
|
PER
BULAN
|
PER
TAHUN
|
LIB UR
|
||
1.
|
Kotam & Kerang
|
300-350 ribu
|
2-2,5 juta
|
4,5 juta
|
-
|
15 Hari
|
2.
|
Ladang Padi
|
-
|
-
|
-
|
8-9 juta
|
-
|
3.
|
Kambing
|
-
|
-
|
-
|
2 juta
|
-
|
4.
|
Kolam
|
-
|
-
|
-
|
1,5 juta
|
-
|
Jumlah Rata-Rata
|
300-350
ribu
|
2-2,5
juta
|
4,5
juta
|
11,5-12,5
juta
|
D.
Kesimpulan
Bang Ian merupakan salah satu warga yang menggantungkan biaya hidupnya di
laut sebagai pencari kepeting, kerang, dan anak ikan di Paluh Merbo. Pengalaman
hidup diluar membuatnya tidak sembarangan dalam mencari nafkah, hantu laut
adalah julukan yang disandangnya dan tidak pernah dia malas, bosan, serta
gembira dan bersyukur dengan rezeki yang didapatinya. Bang Ian merupakan salah
satu yang bisa dicontoh dalam mencari nafkah, bang Ian adalah salah satu yang
membantah bahwa orang melayu pesisir terkesan malas atau tidak gigih, disamping
itu juga bang Iang merupakan orang yang berpengalaman dan patut dicontoh, bukan
dicemoohkan.
Gambar 1.2
Kandang Ternak Kambing
|
|
Gambar
1.3 Ladang Bang Ian
|
Gambar 1.4 Kolam
Kepiting Bang Ian
|
Gambar 1.5 Membelah
Umpan Bubu
|
Gambar
1.6 Mengikat Bubu
|
Gambar
1.7 Meletakkan Bubu/ Membubu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar