Minggu, 13 November 2016

PALUH MERBO (Cerita Pencari Kepiting/Kotam)

PALUH MERBO

A.      Cerita Pencari Kepiting/Kotam


Sabtu, 6 september 2014 pukul 10.45 wib kami mulai berangkat dari kampus menuju pulau Palo Merbau, hingga kami sampai diperkampungan pada pukul 13.57 wib. Awal masuknya kami di pulau Palo, saya perhatikan kiri dan kanan sepanjang memasuki perkampungan tersebut. Aku lihat disebelah kiriku diisi dengan pemandangan tambak-tambak, dan disebelah kananku aku lihat sungai dihiasi dengan sampan-sampan kecil. Setibanya kami dititik kumpul yang dijadikan juga sebagai Laboratorium Unimed, seperti halnya berpariwisata masing-masing dari kami mengambil posisi santai menikmati indahnya pemandangan laut dengan hembusan angin sepoi-sepoi.
Aku mengambil posisi di warung Pak Kasman, yaitu salah satu Informan yang menjadi acuan kami juga dalam mencari data. Perkenalan mulai aku dahulukan dengan bertanya tentang situasi pinggiran pesisir, pak tangkahannya dimana pak tanya aku. Oh tangkahannya tidak ada disini, itu di Bagan, jawab pak kasman tanpa ragu-ragu dengan berbahasa Indonesia. Jadi disini apolah mata pencariannyo pak, wah kalau disini banyak ado membubuh, ado mencari kerang, ada juga belat jawab pak kasman. Oh, langsung aku potong penjelasannya dan dilanjutkan percakapan oleh Bang Hayat. Seperti orang gelisa, aku pergi menghampiri kawan-kawan di tempat duduknya, sampai saatnya saya melihat disebelah kiri ada aktivitas dari para pemuda.Aku hampiri kesana dan aku lihat beberapa orang di dalam tambak dengan jaring yang sudah terbentang di dalam air. Aku tidak heran lagi melihat apayang dikerjakan mereka, karena aku sendiripun sudah pernah melakukan hal seperti itu terbisik dihatiku. Sembari menunggu bang Saiful untuk mengarahkan kami ke rumah tempat objek penelitian kami, saya bersantai sambil melihat para pemuda itu menangkap ikan Kakap yang di dalam tambak.

Setibanya bang Saiful, kami langsung berkumpul di pondok dan mendengarkan arahan dari bang Alan. Setelah dibagi rumah masing-masing informan, kami pun langsung bergerak menuju rumah informan beserta bang Saiful dan bang Alan. Waktu demi waktu terlewati, masing-masing dari kami mempunyai aktivitas berbeda. Tanpa terasa malampun tiba, kami pergi berkumpul ke rumah pak kasman untuk mandi sarta ganti pakaian. Pukul 20.00 wib aku minta kawani dengan anaknya pak kasman yaitu sebut saja bang Arif untuk pergi ke rumah informan ku, gelapnya jalan dan sunyinya jalan membuat aku lebih banyak diam ketika diperjalanan sampai kami tiba di rumah informan tersebut. Setelah sampai bang Arif yang sudah kenal dekat langsung mengucapkan salam sambil mengetuk pintu tok tok tok bunyi ketukan. Wa’alaikum salam terdengar suara jawaban seperti orang baru bangun tidur dari dalam rumah, pintu rumahpun dibuka sambil mngucapkan masuk-masuk. Kemudian kami masuk dan dipersilakan duduk, ini ada yang perlu sama abang ucap bang Arif yang langsung menunjuk ke arah aku. Ha apo polu kata informan, ha gini bang nama saya mail saya mahasiswa Unimed adeknya bang Alan bang jawab ku dengan ekspresi gugup. Jadi maksud tujuan mail ini datang bang, dia mau meneliti ikut abang cari kepiting sambut bang Arif, oh gitu yang yang kayak mahasiswa-mahasiswa itukan untuk buat skripsi hehehe sambut informan dengan suara gembiranya.
Dengan cahaya lampu agak redup dan suara gorengan ikan di dapur membuat ku menjadi yakin dengan informan ku satu ini, bisik ku di dalam hati sambil tertawa bersama bang Arif dan informan ku. Suasana semakin akrab ketika aku kasih tahu kalau aku orang Melayu dari Batu Bara di Kec. Tanjung Tiram di Pesisir pantai. Bersenda guraupun terjadi antara aku dengan informan ku bang Ian, seolah telah kenal lama aku memulai misi dengan melontarkan pertanyaanaku. Aku bertanya jadi berapolah penghasilan abang perhari, dengan sedikit tersenyum bang Ian menjawab ya kadang 200.000 perhari kadang 150.000 perhari. Mak.. besar jugo berarti bang sambut aku, iya begitulah tapikan model orang pesisir ini istilah baju basah diperas lagi “begitu dapat begitu habis” jawab bang Ian. Disisi lain bang Arif memberikan tanda-tanda untuk permisi pulang dengan diam membisu, aku pun langsung melihat ke arah bang Arif dan membilangkan ayok bang pulang kita, ayok. Bang Arif bertanya jadi besok kemana membubu bang, jam berapa, jawab bang Ian besok ke hutan Bakau aja biar dirasakan adek ini nyamuk-nyamuknya hahahaha sambut ketawanya bang Ian. Mungki sekitar-sekitar jam tongah 7 gitulah jawab bang Ian. Oh okelah bang besok mail datang jam tongah 7 kesini, jadi permisilah kami  ya bang. Assalamualaikum..

B.       Membubu Ke Hutan Bakau

Pagi jam 06.45 wib saya sampai di rumah bang Ian, terlihat istrinya bang Ian yang menggunakan baju merah dan handuk dari kamar mandi, tidak lama kemudian bang Ian pun keluar dengan singlet dan celana pendek dibarengi raut wajah seperti bangun tidur. Tanpa berpikir panjang bang Ian langsung mengambil ikan “cak bakol” untuk dibelah dan dijadikan umpan. Kclok kclok kclok bunyi suara catukan parang membelah ikan, setelah selesai membelah kami sama-sama mengikat umpan ke bubu dan sambil melanjutkan percakapan sampai selesai mengikat semua umpan. Kemudian aku di ajak masuk untuk sarapan dulu sembari menunggu air pasang, teh manis dan gorengan yang masih hangat, suara kicauan burung dan ceritan dari kambing-kambing aku nikmati dipagi yang cerah itu. Bang Ian adalah seorang pekerja keras, dia juga salah satu pemimpin keluarga yang berhasil.
Selesai sarapan kami berangkat ke hutan Bakau untuk membubu, dengan persiapan ku memakai sepatu “Tamin” sebutan dikampung ku, dan baju celana yang panjang. Aku lihat ke arah bang Ian dan aku terkejut melihat persiapan bang Ian memakai baju singlet, celana pendek, dan tanpa sandal. Haaaa sentak ku, abang begitu aja perginya? Iyalah cemano lagi jawab bang Ian. Dgedek dgedek gedek gedek bunyi suara kereta bang Ian yang siap berangkat, kami pun berangkat ke hutan Bakau. Sesampainya disana kami turun dari kereta, aku lihat disekeliling ku dipenuhi dengan  pokok buta-buta istilah sebutan disana dan dikampung ku. Kami pun menyeberangi titi yang menghubungkan antara tambak, aku masih ragu dengan titi yang sebatang mau aku lewati. Aku melihat bang Ian cepat sekali melewati titi tersebut seolah sudah terbiasa, sedangkan aku berkaki melewatinya. Tunggu bang Ian panggil aku, bang Ian pun senyum-senyum melihat aku berkaki 3 melewati titi itu. Bang Ian pun langsung meletakkan bubu satu persatu dengan semangatnya, aku yang belum pernah melakukan seperti itu cuma bisa memperhatikan dan menepuk-menepuk nyamuk yang mulai banyak mengerumuniku. Pakkkkk..bunyi pukulan tanganku kepada nyamuk, mati kau kan gigit juga lagi aku ucapku diikuti senyuman dari bang Ian. Kami melanjutkan perjalanan sambil meletakkan bubu dipinggir-pinggir benteng hutan Bakau. Bang-bang, coba aku sekali bang meletakkannya, boleh il letakkanlah disitu, itu kayunya. Gini cara ngikatnya il, masukkan dulu kayunya habis tu tali ini ditahan dan diikat begini, ajar bang Ian kepadaku. Satu persatu bubu tersebut diletakkan bang Ian, diam-diam aku memperhatikan semangat seorang bapak untuk mencari sejahtera. Sebelas bubu telah diletakkan bang Ian, dipertengahan jalan kami berjumpa dengan salah seorang warga yang lagi membubu, bang Ian langsung bertanya abang uda dimana aja. Abg uda sepanjang ini, oh..jawab bang Ian seolah mengalah untuk pindah tempat bubu. Kayak gitulah il, uda disini ada yang membubu pindahlah kita nanti gara-gara kita pula bubu dia kosong, kata bang Ian dengan sikapnya padi berisi semakin berisi semakin merunduk. Sambil jalan sambil meletakkan bubu dan sambil cerita-cerita, tanpa terasa tebing hutan Bakau sudah dipenuhi dengan bubu. Kami pun berhenti duduk sebentar dipinggiran pantai sambil menatap luasnya laut yang mengalirkan air laut ke sungai. Il..awak dulu mulai datang kesini tahun 2004 duit yang ada dikantong abang cuma 5 ribu rupiah, dari 5 ribu rupiah itulah awak buat bubu tiga biji dan dapatlah duit 30 ribu, malamnya awak bubu lagi dapatlah 20 ribu. Kemudian  awak tambahi lagi bubunya jadi 5 dan dapatlah sekitar penjualan 70 ribu, itulah awak belikan modang 1 kg. Terus ikut belat awak, cari kerang lagi dapatlah 50 ribu kali 1500/kg, begitulah seterusnya awak beli 1 kg sampailah banyak sekarang ini, uda awak bilang dulu cuma 2 ribu perak awak bawa kekampung ini, anak dulu minum susu SGM. Dulu awak sebelum di sini, awak tinggal di Amparan Perak kerja pabrik kemudian pindahlah kemari sama istri awak, duit awak bawa 2 juta lima ribu itulah beli tanah disini satu rantai harganya 2 juta, sisalah 5 ribu perak lagi. Awak tidak enak juge tinggal di rumah mertua baguslah rumah sendiri walaupun gubuk yang penting rumah kita sendiri, jadi 2 tahun kami disini barulah nampak hasilnya cerita bang Ian kepadaku. Lanjut cerita aku tunjukkan ekspresi kesorran ku, bang Ian pun melanjutkan ceritanya. 2 tahun awak disini barulah nampak hasilnya, nanti siang dapat 200 dari bubu, malamnya nanti dapat lagi 200 dari laut mencari kerang dan belat, mak kencang jugo itu bang sambut aku. Besok gitu juga dapat 300, 200 simpan 100 buat belanja, besoknya itu dapat cepek limpul lagi malamnya dapat 250 berarti 400 kan simpan 300, 100 nya untuk belanja. Lama-lama-lama-lama, adalah orang ngontrakkan tanah 2 tahun 800 ribu, ciut-ciut-ciut..terdengar suara burung dengan indahnya mentari pagi. Terus disewalah 12 rantai untuk tanam padi dapat satu tanam itu 2,5 kg dapatlah penjualan 11 juta.
Jadi ada lagi orang gadai tanah 6 rantai, gak kera sewa dipinjamnyalah sekitar 1 juta balek kwintasi bale lagi tanah limitnya 2 tahun, habis 2 tahun uda balekkan, duit balek tanah balek dan gak adak kera sewa. Pertama jalan kaki awak, terus kata orang rumah kalau duit ni kita pegang nanti habis ucap istrinya, duit ada 6 juta bagus kita beli kambing ucap bang Ian, ah usah kata orang rumah sayang duitnya. Jadi ada orang ngontrak kolam..rupanya gak yang punya cuma menjaga kenaklah 4 juta setahun, gak pake surat pula buatnya.oh karena uda percaya abang sama orang itu jawab aku, haa..itulah dia orangnya pun uda tua gak neko-neko sambung bang Ian lagi, datang yang punya dijuallah tanah gak dapat apa-apalah awak. Marahlah orang rumah, modal nekat tu udalah kena tokohlah, jadi orang yang nokoh tadi pergi tanya aku, tidak masih disini jawab bang Ian, jadi tidak minta ganti rugi abg sambut aku lagi, hanguslah itu uda jawab bang Ian. Udalah tinggallah duit 2 juta lagi, pergilah awak kelaut terus datanglah adik ipar ngocokkan kereta, harga kereta tu 4 juta kereta shogun, cantek kereta tu tanyak bang Ian kepada istri, cantek jawab istri jangan asal ambek dipanjar orang rumahlah 2 juta, masih ada duit simpanan abg tanya aku? Masih jawab bang Ian, kan sisa 2 juta lagi, kelaut-kelaut dapatlah 4 juta lebih itu uda 2 tahun kedepannya. Jadi diambeklah sama orang rumah, awak dilaut jadi dipakailah sebulan duduk, masukkan ke bengkel kenaklah 1 juta setengah, wihh..ngerilah itu sambut aku…! Udalah jadikanlah pelajaran, tempo tahun depan diocok adik ipar tu lagi kereta supra X 125 ambeklah bang cantek ne kretanya ucap adik ipar tu, ah..tidaklah sayang duitnye, yang hari tu ajo rusak keretanyo. Jadi awak belikanlah kekolam, 6 bulan kemudian dapatlah 27 juta, kolamnyapun besar jugo 6 rante, sekali dinaekkan nanti kepiting tu satu goni tong besar itu bang Saifullah yang mengambil kepiting awak, dari situlah naeknyo bang saiful tu terkejutlah tokenya. Itu jugalah naeknya awak, habis tu udalah ada orang gade tanah ambek-ada orang gade tanah ambek.
Ada orang PLN, bang ada kereta bang lengkap ucap orang PLN kereta ini bang mau dijual cepat 5 juta harganya tahun 2011. Dia mau pindah ke kalimantan, ya udalah kalau gitu awak ambil datanglah keretanya ke dalam singgahlah ke bengkel nempel ban kereta, ditawar tukang bengkellah 8 juta samo awak uda jadi 5 juta memang, dikasihnyolah tanya aku. Tidak..jawab bang Ian, datanglah adik ipar awak ke rumah, itulah abang aku kasih kereta bagus hari tu gak mau diambil ucap adik iparnya, sama orang lain enak ini bon bengkel kereta kau kasih hari tu penuh bonnya semuanya diganti, menung dia lihatnya.. Ha itu, jadi sekarang ini kalau uda dapat duit langsung disimpanlah duitnya ke bank, gak di bawa ke rumah untuk anak-anak sekolah. Lihatlah sekarang SPP uda berapa, SMA aje sekarang 160 kalau nanti anak-anak ini berapa pula lagi mau 300 dari mana pula diambek, kalau uda di bankkan lancar-lancar ajo tinggalag ditarik.
Jadi bang sekarang berapalah abang dapat satu hari? Tergantung kadang kalau airnya sampe sini dibarengi tangannya bang Ian menunjukkan tingginya air pasang yang pernah naek dapat 300, kalau airnya gak nyampe kemari tanya aku? Ya minimal cepekk, 60 70 orang bubunya juga gak turun semua sambil bang Ian berdiri seolah memberi tanda untuk melanjutkan perjalanan, akupun ikut berdiri dan kami pun berjalan pulang sambil mengulang cerita-cerita. Itu makonyo kalau ado duit awak belikan kekambing tidak ke omas, karena kalau omaskan tidak betambah-tambah sedangkan kambing betambah-tambah, dari satu menjadi 3 terus menjadi 5 lama-lama banyaklah, hehehhe iya bang sambut ketawa ku dengan rasa bangga ingin menjadi seperti bang Ian. Ditengah perjalanan pukul 11.22 wib kami pun berpisah, bang Ian langsung pulang ke rumah sedangkan saya pergi berkumpul dengan teman-teman sambil makan siang, merasa lelah akupun membaringkan badan sambil cerita sama kawan-kawan, khhokkk..khokkk..tiba terdengar di telingaku sendiri suara itu antara sadar dan tidak sadar, eh bang mail betul-betul ngorok abang ya langsung dengar ayu tadi. Oh iya…? Rasa terheran dalam hatiku. Eh rupanya  tanpa aku sadari aku tadi tertidur dan langsung mengorok, khokkk-khokkk tersimpul malu dengan teman-teman yang ada disitu...

C.      Penghasilan Bang Ian


NO


PENGHASILAN
RATA-RATA
PER
HARI
PER MINGGU
PER
BULAN
PER
TAHUN
LIB UR

1.


Kotam & Kerang

300-350 ribu

2-2,5 juta

4,5 juta

-

15 Hari

2.


Ladang Padi

-

-

-

8-9 juta

-

3.


Kambing

-

-

-

2 juta

-

4.


Kolam

-

-

-

1,5 juta

-


Jumlah Rata-Rata


300-350 ribu

2-2,5 juta

4,5 juta

11,5-12,5 juta








D.      Kesimpulan

Bang Ian merupakan salah satu warga yang menggantungkan biaya hidupnya di laut sebagai pencari kepeting, kerang, dan anak ikan di Paluh Merbo. Pengalaman hidup diluar membuatnya tidak sembarangan dalam mencari nafkah, hantu laut adalah julukan yang disandangnya dan tidak pernah dia malas, bosan, serta gembira dan bersyukur dengan rezeki yang didapatinya. Bang Ian merupakan salah satu yang bisa dicontoh dalam mencari nafkah, bang Ian adalah salah satu yang membantah bahwa orang melayu pesisir terkesan malas atau tidak gigih, disamping itu juga bang Iang merupakan orang yang berpengalaman dan patut dicontoh, bukan dicemoohkan.





















Gambar 1.2 Kandang Ternak Kambing
Gambar 1.1 Rumah bang Ian

























 




















Gambar 1.3 Ladang Bang Ian


 



















Gambar 1.4 Kolam Kepiting Bang Ian









 





















Gambar 1.5 Membelah Umpan Bubu



 























                                                       Gambar 1.6 Mengikat Bubu



 






















Gambar 1.7 Meletakkan Bubu/ Membubu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA I.          Latar Belakang Atok ego keturunan dari raja ai...