Minggu, 21 Mei 2017

KENAKALAN REMAJA DAN TAWURAN ANTAR SEKOLAH

KENAKALAN REMAJA DAN  TAWURAN  ANTAR SEKOLAH
(STUDI KASUS DALAM KAJIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN)
OLEH SRI MASYITAH

A.    Konflik Kenakalan Remaja Dalam Kegemaran Tawuran Antar Sekolah
Kenakalan remaja tidak dapat dilepaskan dari konteks kondisi sosial-budaya. Sebab setiap periode sifatnya khas, dan memberikan jenis tantangan khusus kepada generasi mudanya, sehingga anak-anak muda mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap stimulasi sosial yang ada. Kenakalan remaja pada zaman ini mengambil bagian dalam aksi-aksi tawuran antar sekolah, yang acapkali secara tidak sadar melakukan tindak kriminal dan antisosial itu pada umumnya adalah anak-anak normal yang berasal dari keluarga baik-baik. Mereka melakukan tawuran untuk menuntut perhatian lebih, khususnya untuk mendapatkan pengakuan lebih terhadap egonya yang merasa tersisih atau terlupakan dan tidak mendapatkan perhatian yang pantas dari orang tua sendiri maupun dari masyarakat luas. Adanya impuls-impuls kuat , dorongan primatif, dan sentimen-sentimen hebat itu kemudian disalurkan lewat perbuatan kejahatan, kekerasan, dan agresi keras, yang dianggap mengandung nilai lebih oleh remaja. Karena itu mereka merasa perlu memamerkan energi dan semangat hidupnya dalam wujud aksi tawuran.
            Jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasi media massa.Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Tawuran remaja antar sekolah semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng kelompoknya.Seorang remaja seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu. Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut. Sebenarnya jika kita mau melihat lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahannya adalah tingkat kestresan siswa yang tinggi dan pemahaman agama yang masih rendah.

Oleh perasaan senasib sepenanggungan, anak-anak remaja yang merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari luar, dan kemudian merasa tersisiih dari masyarakat orang dewasa, yang mana mereka merasa berarti ditengah kelompoknya. Di dalam kelompoknya itu anak mencari segala sesuatu yang tidak mungkin mereka peroleh dari keluarga maupun dari masyarakat di sekitarnya. Di tengah keluarga sendiri mereka tidak dihargai, tidak menemukan kasih sayang dan posisi sosial yang mantap, serta tidak menemukan ideal dan tujuan hidup yang jelas untuk melakukan aksi-aksi bersama. Hubungan dengan orang tua dan saudara-saudara sendiri sangat longgar, sehingga mereka tidak betah di rumah. Lagi pula di mata mereka masyarakat besar ini tampak tidak bersahabat, bahkan cenderung menekan dan selalu “ melarang-menghukum ” mereka saja.
Dengan begitu remaja yang merasa kesepian, marah, bingung serta sengsara batinya selalu merasa dihambat dan dihalang-halangi keinginannya untuk memainkan peranan sosial tertentu. Karena itulah maka gerombolan anak muda ini senang tawuran, atau melaukan perkelahian antar sekolah supaya lebih tampak, dan untuk menonjolkan egonya. Tawuran merupakan kenakalan remaja secara berkelompok adanya pengeroyokan, tantangan yang provokatif, perang batu, dan perkelahian antar sekolah. Aksi sedemikian ini khususnya bertujuan untuk mendapatkan junjungan tinggi nama kelompok dan nama sekolah. Tawuran antar sekolahtersebut jelas akan memperkuat kesadaran yang memiliki sentimen-sentimen kelompok primer yang amat kuat. Dari kelompok tersebut kemudian keluar tekanan keras terhadap setiap anggotanya untuk menegakkan kode kelompok dan melakukan aksi-aksi. Ketidakpatuhan dan penyimpangan tingkah laku akan dihukum dengan keras. Bahkan perbuatan yang dianggap sebagai pengkhianatan bisa dihukum dengan hukuman mati. Sebaliknya, rasa setiakawan, solidaritas, loyalitas dan kesediaan berkorban demi nama besar kelompok sendiri akan sangat dihargai oleh setiap anggota kelompok, khususnya oleh pimpinan gerombolan tersebut.
Jiwa kelompok ini  menumbuhkan kerelaan berkorban dan semangat saling tolong-menolong pada setiap saat, khususnya pada waktu-waktu kritis gawat. Karena itu bagi remaja, kelompok menjadi satu realita subnatural yang berdiri diatas segala-galanya, berdiri diatas semua kepentingan. Maka tantangan serta kesakitan hati dan jasmaniah yang diderita oleh seorang anggota kelompok, secara otomatis menjadi tantangan dan kesakitan bagi segenap anggota kelompok, yang harus dilawan dan dibalaskan dengan keras. Hukum pembalasan harus ditegakkan. Karena itu kelompok harus melakukan perlawanan lewat aksi tawuran demi gengsi kelompok. Jika orang dewasa boleh berperang dan melakukan aksi pemusnahan sesama manusia, maka sudah pasti remaja mencontoh dan menjadikan orang dewasa sebagai panutan yang harus ditiru oleh remaja.
Maka kelompok ini oleh remaja dianggap sebagai alas dasar bagi martabat dan harga diri mereka dalam mana sang ego mendapat arti khusus, punya posisi, dan bisa memainkan peran menonjol. Tumbuhlah kemudian proses identifikasi terhadap kelompok sendiri, yang secara perlahan-lahan bisa memunculkan rasa kaku sosial anak, dengan sikap, kebiasaan, sentimen, fanatisme, cara berfikir dan pola tingkah laku. Maka identifikasi ini merupakan gejala inti dari setiap pembentukan kelompok, dalam mana seseorang bisa menemukan diri/pribadinya kembali pada kawan sekelompoknya. Pengakuan dari suatu kelompok menjadi dukungan moril bagi setiap remaja, bahkan secara praktis merupakan persyaratan hidup bagi dirinya. Dan  keinginan untu menjadi pribadi yang berarti (punya posisi, peranan, dan arti yang jelas) merupakan dorongan yang dapat merangsang gairah hidup. Oleh karena itu apabila remaja itu bisa memainkan peranan yang berarti atau penting dalam aksi tawuran, maka pengalaman tersebut memberikan semangat hidup tersendiri. Khususnya mereka merasa bangga sekali akan peranan besar, lebih-lebih lagi jika mereka itu ditonton oleh orang banyak.
Kegemaran tawuran antar sekolah remaja itu mencerminkan dua peristiwa penting, yaitu:
-          Merupakan pencerminan secara mini dari perilaku masyarakat orang dewasa pada saat sekarang,
-          Disamping mencerminan peningkatan ambisi dan pelampiasan reaksi-frustasi negatif, sebab mereka merasa marah, tertekan dan dihalangi-halangi “untuk menjadi” oleh masyarakat luar.

B.     Analisis Terjadinya Tawuran Antar Sekolah
           Fenomena tawuran antar remaja yang terjadi disebabkan berbagai pandangan sesuatu yang beda penyebab lain bisa seperti adanya perubahan sosial, adanya perasaan tidak senang atau dendam, perbedaan kepentingan antar individu / kelompok dan juga buruknya komunikasi. Akibatnya dengan adanya konflik tersebut dapat menimbulkan perpecahan, rusaknya sarana dan prasarana umum, meningkatnya keresahan masyarakat, lumpuhnya roda perekonomian, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban jiwa. Tetapi dengan adanya konflik memunculkan beberapa akibat positif antaranya meningkatkan solidaritas kelompok, mendorong kekuatan pribadi untuk menghadapi berbagai situasi konflik, munculnya norma baru, mendorong kesadaran kelompok yang berkonflik untuk melakukan kompromi.
Konflik tawuran yang terjadi bila hubungkan dengan teori Lewis Coser yaitu  konflik sebagai mekanisme perubahan sosial dan penyesuaian, dapat memberi peran positif atau fungsi positif dalam masyarakat. Dengan kata lain tawuran yang terjadi tidak hanya memberikan hal-hal negatif terhadap masyarakat, tetapi hal positif dalam situasi tertentu dan kepada siapa positif itu di terima. Tipe konflik dari konflik realitas sumber dari tawuran bisa dari asal usul, sesuatu yang diunggulkan dari remaja, dengan mencemooh, kualitas sekolah. Konflik non realistis sebab tawuran yaitu sumbernya dari ke tidak rasional, ideologis siswa tawuran seperti masalah harga diri, dendam. Selanjutnya konflik eksternal dengan adanya tawuran menciptakan dan mempererat identitas kelompok, meningkatkan partisipasi anggota terhadap pengorganisasian kelompok, perhatian orang tua dan guru dalam mendidik siswa - siswinya. Teori internal dengan memberikan koreksi pada perilaku tawuran anggota kelompok.
Dengan  adanya tawuran konflik tersebut bisa diselesaikan dengan berbagai cara yaitu dengan konsiliasi yaitu dari pihak tawuran  di selesaikan di lembaga tertentu sehingga memperoleh solusi atas masalahnya. Mediasi yaitu dengan melalui jasa perantara yang bersikap netral sehingga perantara tersebut mempertemukan dan mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa tersebut. Arbitrase  yaitu penyelesaian tawuran bisa melalui pihak ketiga dengan membuat keputusan-keputusan berdasarkan ketentuan atau aturan yang telah di tetapkan. Adjudication yaitu penyelesaian perkara di meja hijau. Atau dengan Stalemate yaitu tawuran yang berhenti sendirinya. Dan dapat di cegah  dengan menumbuhkan rasa toleransi terhadap setiap orang dan pendidikan agama serta moral  terhadap siswa sekolah di usia dini hingga dewasa.

C.    Faktor Penyebab Terjadinya Tawuran Antar Sekolah
Kegemaran tawuran secara massal diantara remaja disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal atau faktor endogen berlangsung lewat proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi pengaruh dari luar. Tingkah laku remaja yang suka tawuran merupakan reaksi yang salah atau irrasional dari proses belajar, dalam bentuk ketidakmampuan mereka melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Dengan kata lain, remaja melakukan mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang salah atau tidak rasional, dalam wujud: kebiasaan melanggar norma-norma sosial dan hukum formal: diwujudkan dalam bentuk kejahatan, kekerasan, dan kebiasaan tawuran.
Terdiri atas:
-Reaksi frustasi negatif
-Gangguan pengamatan dan tanggapan
-Gangguan cara berfikir
-Gangguan emosional/perasaan
Faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja (tindak kekerasan, kejahatan, dan tawuran).
Terdiri atas:
-Lingkungan keluarga
-Lingkungan sekolah
-Lingkungan milieu(sekitar)
D.    Beberapa Reaksi Frustasi Negatif Menyebabkan Remaja Tawuran
Agresi, yaitu reaksi primatif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa kendali, serangan, kekerasan, tingkah laku, kegila-gilaan dan sadistis. Kemarahan hebat tersebut sering mengganggu inteligensi dan kepribadian anak, sehingga kalut batinya, lalu melakukan perkelahian, kekerasan, kekejaman, teror terhadap lingkungan dan tindak agresi lainnya.
Regresi, yaitu reaksi primatif, kekanak-kanakan, tidak sesuai dengan tingkat usia, yang semuanya akan mengganggu kemampuan adaptasi anak terhadap kondisi lingkungannya.
Fiksasi, yaitu pelekatan pada satu pola tingkah laku yang kaku dan tidak wajar. Misalnya mau hidup santai, suka ngambeg, bertingkah laku keras dan kasar, suka mendendam, dan suka tawuran.
Rasionalisasi, yaitu cara menolong diri yang tidak wajar, dengan membuat sesuatu ayng tidak rasional menjadi rasional. Sedang sebab kegagalan dan kelemahan sendiri selalu dicari pada orang lain, guna menghibur diri sendiri dan membuka harga diri. Dengan demikian tingkah laku remaja, khususnya reaksi adaptasinya menjadi salah kaprah dan salah bentuk.
Pembenaran diri, yaitu cara pembenaran diri sendiri dengan dalih yang tidak rasional. Sebagai akibatnya, perilaku anak menjadi tidak terkendali.
Proyeksi, yaitu melemparkan dan memproyeksikan isi fikiran, perasaan,harapan yang negatif, kekerdilan dan kesalahan sendiri kepada orang lain. Anak mencoba mengingkarikelemahan sendiri, lalu memproyeksikan isi kehidupan psikis yang negatif kepada orang lain, khususnya dipakai untuk membela harga diri sendiri.
Identifikasi, yaitu menyamakan diri sendiri yang selalu gagal dan tidak mampu meraksi dengan tepat terhadap lingkungan dengan tokoh-tokoh yang dianggap sukses.
Narsisme, yaitu menganggap diri sendiri superior, paling penting, dan paling kuasa. remaja menjadi sangat ego dan dipenuhi cinta diri yang berlebih-lebihan.
Autisme, kecenderungan menutup diri secara total terhadap dunia luar. 
E.     Alasan Terjadinya Tawuran Antar Sekolah
-          Terhadap sekolah lawan merupakan musuh bebuyutan sejak dahulu
-          Sebagai bentuk solidaritas kepada teman
F.     Solusi Terjadinya Tawuran Antar Sekolah
-          Memberi penyuluhan
-          Memberikan sanksi berat kepada yang terlibat tawuran
-          Mengajarkan beberapa hal tentang pendidikan moral serta agama supaya dapat bertoleransi terhadap orang lain yang berbeda dengan dirinya.
-          Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
-          Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para remaja untuk mengajarkan cinta kasih.
-          Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
-          Ajarkan ilmu sosial budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
-          Bagi para orang tua, mulailah belajar jadi sahabat anak-anaknya. Jangan jadi polisi, hakim atau orang asing dimata anak. Hal ini sangat penting untuk memasuki dunia mereka dan mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan. Jadi kalau ada masalah dalam kehidupan mereka orang tua bisa segera ikut menyelesaikan dengan bijak dan dewasa.
-          Bagi para polisi dan aparat keamanan, jangan segan dan aneh untuk dekat dengan para pelajar secara profesional, khususnya yang bermasalah-bermasalah itu. Lebih baik tidak menggunakan acara-acara formal dalam pendekatan ini, melainkan masuk dengan cara santai dan rileks. Upama ketika para pelajar ini cangkrukkan atau kumpul-kumpul, ikutlah kumpul dengan mereka secara kekeluargaan dan gaul, sehingga mereka akan merasa ada kepedulian dari negara atas masalah mereka. Aparat Polisi dan keamanan yang gaul dan bisa mereka terima akan menjadi kode bahwa negara memperhatikan generasi ‘lupa diri’ ini untuk kembali menjadi ingat bahwa tak ada alasan yang cukup kuat bagi mereka menggelar tawuran.
-          Pada awal masuk sekolah, sebagian pelajar yang tawuran ini sebenarnya jarang yang saling kenal. Jika kemudian mereka menjadi beringas dengan orang yang sama sekali sebelumnya tak dikenal, karena ada kata-kata, dendam, slogan, pemikiran, hasutan dan sejenisnya yang masuk kepada mereka dari senior atau orang luar tentang kejelekan sesama pelajar yang akhirnya jadi musuh. Inilah bahaya mulut, otak dan hati yang harus dibersihkan kemudian diluruskan. Tak mungkin clurit berbicara jika ketiga unsur tadi tidak rusak sebelumnya. Razia terhadap benda-benda tajam itu mungkin efektif dalam masa pendek, namun untuk jangka panjang perlu dirumuskan bagaimana melakukan brainwash kepada para pelajar ini agar kembali ke jalan yang benar.
-          Buat sekolah khusus dalam lingkungan penuh disiplin dan ketertiban bagi mereka yang terlibat tawuran. Ini adalah cara memutus tali dendam dan masalah dalam dunia pelajar kita. Jadi siapapun dan dari sekolah manapun yang terlibat tawuran, segera tangkap dan masukkan dalam sekolah khusus yang memiliki kurikulum khusus bagi mereka. Dengan jalan tersebut, setidaknya teman atau adik kelas mereka tak akan lagi terpengaruh oleh ide-ide gila anak-anak yang suka tawuran ini. Tentu semua hal tersebut harus didukung penuh oleh pemerintah dan semua pihak karena biaya dan tenaga yang dibutuhkan awalnya akan sangat besar. Tapi apalah artinya semua itu jika akhirnya kita akan menemukan kedamaian dalam dunia pendidikan kita.
-          Perbanyaklah kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Kegiatan yang biasa dilakukan sehabis selesai KBM dapat mencegah sang pelajar dari kegiatan-kegiatan yang negatif. Misalkan ekskul futsal, setelah selesai futsal pelajar pasti kelelahan sehingga tidak ada waktu untuk keluyuran malam atau hang out dengan teman lainnya.
-          Pengembangan bakat dan minat pelajar. Setiap sekolah perlu mengkaji salah satu metode ini, sebagai acuan sekolah dalam mengarahkan mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan tentunya orangtua pun menyetujuinya. Penelusuran bakat dan minat bisa mengarahkan potensi dan bakat mereka yang terpendam.
-          Pendidikan Agama dari sejak dini. Sangat penting sekali karena apabila seorang pelajar memiliki basic agama yang baik tentunya bisa mencegah pelajar tersebut untuk berbuat yang tidak terpuji karena mereka mengetahui akibatnya dari perbuatan tersebut. Agama harus ditanamkan sejak dini, banyak sekolah-sekolah atau madrasah yang bisa menjadi referensi pendidikan seorang anak dan biasanya mulai KBMnya siang setelah selesai sekolah dasar. Dasar agama yang kuat membuat seorang pelajar memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.
-          Boarding School (Sekolah berasrama). Bisa menjadi salah satu alternatif mencegah pelajar dari tawuran. Biasanya di sekolah ini, waktu belajar lebih lama dari sekolah umum. Ada yang sampai jam 4 sore, setelah maghrib ngaji atau pelajaran agama. Selesai isya pelajar biasanya pergi ke perpustakaan untuk belajar atau mengerjakan tugas. Jam 8 malam, pelajar baru bisa istirahat atau lainnya..

-           
DAFTAR  PUSTAKA

Aprilia Nuri, 2014,  Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya
Elton, 2007, ( Studi Kasus Studi Kecelakaan Pesawat Adam Air), Surabaya
Kartono Katini, 1992, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Penerbit: CV Rajawali, Jakarta
Sari Puspa Arika, 2016,Perkelahian Antar Pelajar Sekolah Menengah Atas Di Kota Surakarta (Studi Kasus di SMA Negeri 8 Surakarta),Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA

STRUKTUR KEKERABATAN PERKAWINAN ANTAR SUKU MELAYU DENGAN BATAK TOBA I.          Latar Belakang Atok ego keturunan dari raja ai...